Dua Pelaku UMKM Ini Bertahan di Tengah Pandemi

Pandemi Covid-19 yang melanda negeri sejak awal Maret 2020, membuat pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) masih harus bersabar.

Dua Pelaku UMKM Ini Bertahan di Tengah Pandemi
Content Creator & Enterpreneur Rachel Vennya (kiri) bersama dengan penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 bidang kewirausahaan Anjani Sekar Arum (kanan) dalam webinar yang dilaksanakan oleh Astra & GK|Hebat dengan tema Strategi Pemasaran UMKM Lokal yang dipandu oleh moderator David Rizal (tengah).

Jakarta, HARIAN BANGSA.net - Pandemi Covid-19 yang melanda negeri sejak awal Maret 2020, membuat pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) masih harus bersabar. Menata kembali strategi usahanya kini menjadi fokus utama yang banyak dilakukan oleh pelaku UMKM.

Adalah “Si Batik Bantengan” Anjani Sekar Arum, penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 bidang kewirausahaan sekaligus pendiri Sanggar dan Galeri Batik Andaka di Kota Batu, yang ikut merasakan dampak dari pandemi ini.

“Pada akhirnya pandemi ini membuat kami semakin kreatif. Yang tadinya kami ngga mau jualan online karena nggak mau pusing, kini harus berjualan online supaya batik kami bisa bertahan,” ujar wanita alumni Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.

Pasalnya, wisatawan tidak ada dan pemesanan seragam tahun 2020 tidak ada. Jadi dia mencoba berkreasi dan membuat sebuah produk yang masih diminati orang dari bahan batik. Salah satunya masker dari kain.

Kisah Anjani dalam mempertahankan usahanya di tengah wabah ini juga dirasakan oleh Rachel Vennya, seorang content creator sekaligus entrepreneur berbagai bidang usaha.

Keduanya bercerita tentang perjuangan masing-masing dalam webinar yang bertema Strategi Pemasaran UMKM Lokal, kolaborasi Astra dan GK|Hebat, akselerator yang membantu para pelaku usaha mikro kecil, Senin (27/7).

Bagi Anjani, tidak adanya wisatawan dan terhentinya sejumlah kegiatan besar instansi terkait yang menggunakan jasanya dalam pembuatan souvenir menjadi faktor utama penyebab penurunan penjualannya hingga 80 persen.

Akhirnya Anjani memanfaatkan penjualan secara daring, berkolaborasi dengan fotografer yang profesinya juga ikut terdampak. Kerja sama dilakukan dengan sistem komisi yang diterima oleh para fotografer dari hasil foto produk batik yang mereka jual ke target pasar masing-masing.

“Jadi para fotografer hanya bemodalkan kemampuan fotografi dan kemudian menjualkan produk. Andaikan harga Rp 1 juta, kami memberikan komisi ke mereka sebagai ucapan terima kasih. Terserah mereka asal batiknya laku,” tambah Anjani.

Sementara itu, Rachel bercerita strategi bisnis yang ia jalankan dalam mengatasi lesunya usaha akibat Covid-19. Di tengah kesibukannya pun, Ibu dua anak itu masih sempat mengumpulkan donasi hingga miliaran rupiah bagi sektor medis dan para pedagang yang terkena imbas pandemi.

"Saya tidak menyangka kalau nominal bantuan yang terkumpul cukup besar dalam waktu yang sesingkat ini, karena bantuan teman-teman yang ikut membantu dalam menyediakan alat perlindungan diri buat dokter, perawat dan tenaga medis lainnya tuh bisa positif banget,” ujar Rachel.

Semangat Anjani Sekar Arum dan Rachel Vennya dalam berjuang menebar kebaikan sejalan dengan cita-cita Astra untuk sejahtera bersama bangsa.(rd)