Garap Video Edukasi, Mahasiswa ITS Juarai Lomba Puspiptek

Banyaknya teknologi yang telah dikembangkan sekarang ini, dibutuhkan adanya sarana edukasi untuk memperkenalkan masyarakat awam terhadap teknologi-teknologi mutakhir tersebut.

Garap Video Edukasi, Mahasiswa ITS Juarai Lomba Puspiptek
Dari kiri Tito Maulana, Made Dwi Adistha Prana Loka Warsa, dan Dayyan Nasrul Haq menunjukkan motion graphic garapan tim Ruang 309

Surabaya, HARIAN BANGSA.net - Banyaknya teknologi yang telah dikembangkan sekarang ini, dibutuhkan adanya sarana edukasi untuk memperkenalkan masyarakat awam terhadap teknologi-teknologi mutakhir tersebut. Seperti halnya yang dilakukan oleh mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang berhasil meraih juara pertama dengan membuat video motion graphic edukasi pada lomba gelaran Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Kamis (12/11).

Ialah Tim Ruang 309 yang terdiri dari Tito Maulana, Dayyan Nasrul Haq, dan Made Dwi Adistha Prana Loka Warsa yang berhasil membuat video edukasi berjudul Deteksi Penyakitmu Pakai Si Mungil Teknesium. Video berupa motion graphic ini menjelaskan mengenai teknologi Generator Tc-99m Non-Fisi yang dikembangkan oleh Marlina MSi, peneliti di Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan).

Perwakilan Tim Ruang 309, Tito Maulana, menjelaskan bahwa topik dari video tersebut merupakan penentuan dari penyelenggara lomba. Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas), topik yang diberikan berupa teknologi mutakhir yang sedang dikembangkan oleh para peneliti.

“Kebetulan dari timnya Ibu Marlina sedang meneliti generator teknesium, akhirnya kami membuat motion graphic mengenai itu,” paparnya, Jumat (13/11).

Video dengan durasi dua menit tersebut menjelaskan teknologi berupa Generator Teknesium-99m (Tc-99m) Non-Fisi yang sebelumnya tidak tersedia di Indonesia. Generator non-fisi ini akan meluruhkan Molibdenum-99 (Mo-99) yang sebelumnya merupakan Mo-98 yang ditembakkan dengan neutron selama lima hari menjadi Tc-99m dalam waktu 24 jam. “Tc-99m ini sendiri adalah sebuah radioisotop yang dapat mendiagnosa berbagai penyakit yang ada di tubuh manusia,” imbuhnya.

Dalam proses pembuatannya, lanjut Tito, yang pertama dilakukan, yaitu praproduksi dimana naskah untuk video akan dibuat. Naskah yang telah dibuat harus diverifikasi oleh tim peneliti yang telah ditentukan oleh panitia penyelenggara. Verifikasi diperlukan agar informasi yang disampaikan dalam video peserta sesuai dengan keinginan peneliti dan kenyataan yang ada.

Selanjutnya masuk ke tahap produksi. Tim yang berisi mahasiswa dari Departemen Desain Komunikasi Visual (DKV) ITS ini menambahkan design assets serta animasi yang dilakukan secara paralel. Setelah tahap produksi selesai, di tahap pascaproduksi video motion graphic disempurnakan dengan menyempurnakan voice-over. “Pada tahap ini kita juga menambahkan background musik dan sound effect,” ucap Tito.

Menurut Tito, terdapat beberapa ciri khas dalam motion graphic garapan tim Ruang 309 yang membuat karya mereka berbeda dengan tim lainnya. Ia berpendapat bahwa konsep dari tim lain memiliki gaya visual yang berfokus pada detail tekstur. Berbeda dengan karya mereka yang menggunakan flat design dan garis distorsi di dalamnya.

“Setelah diunggah, alhamdulillah banyak yang berpendapat tim kami memiliki gerakan animasi yang lebih halus dan unik dibandingkan tim lain,” tutur mahasiswa asal Samarinda ini.

Terdapat beberapa aspek penilaian yang menjadi pertimbangan juri dalam menentukan pemenang lomba ini. Aspek tersebut, yaitu konten yang dibuat harus membahas permasalahan serta kebermanfaatan teknologi, kesesuaian tema, ketepatan data dan informasi, kreativitas dalam memvisualisasikan informasi, serta teknik animasi. “Gaya visual, storytelling, serta kemahiran tim dalam penggunaan teknik animasi termasuk sangat penting,” beberTito.

Pemuda kelahiran tahun 2001 ini mengaku, ia dan timnya merasa puas dengan hasil karya video motion graphic mereka. Meskipun tiga mahasiswa DKV ITS angkatan 2019 ini menemui berbagai rintangan. Salah satunya waktu yang sangat singkat. “Semua proses dari praproduksi sampai pascaproduksi itu hanya dilakukan selama satu minggu,” tambahnya.

Setelah lomba selesai, tambah Tito, video-video yang telah dibuat oleh para peserta akan digunakan oleh Puspiptek untuk kepentingan edukasi mengenai perkembangan teknologi terbaru di Indonesia. Video ini juga berguna untuk meningkatkan semangat masyarakat Indonesia untuk berinovasi serta mendukung karya-karya anak bangsa.(rd)