Pendidikan Tidak Hanya Diteorikan tapi Harus Dipraktikkan

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sidoarjo Tirto Adi mengingatkan bahwa pendidikan jangan hanya diteorikan tetapi harus diimplementasikan dan dipraktikkan.

Pendidikan Tidak Hanya Diteorikan tapi Harus Dipraktikkan
Deklarasi Sekolah Toleransi di SMPN 1 Gedangan.

Sidoarjo, HARIANBANGSA.net - Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sidoarjo Tirto Adi mengingatkan bahwa pendidikan jangan hanya diteorikan tetapi harus diimplementasikan dan dipraktikkan. Apapun yang dilakukan oleh para guru dan tenaga pendidikan tujuan akhirnya adalah membentuk profil pelajar Pancasila.

Hal ini disampaikan pada acara Deklarasi Sekolah Toleransi SMPN 1 Gedangan dalam rangka memperingati Hari Jadi Sidoarjo ke-164 dengan gebyar Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, (31/1).

Ketua Komunitas Seni Budaya BrangWetan Henri Nurcahyo mengatakan, acara ini merupakan puncak program Cinta Budaya Cinta Tanah Air yang diselenggarakan oleh Komunitas BrangWetan bersama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sidoarjo sejak tahun 2020. Selain SMPN 1 Gedangan, sekolah lain yang sudah melaksanakan deklarasi adalah SMPN 1 Waru, SMPN 1 Taman, Madrasah Aliyah Nurul Huda Sedati, dan segera menyusul SMAN 1 Gedangan tanggal 3 Februari nanti.

Menurut Tirto, keinginan menjadi negara agama sudah ketinggalan zaman. Founding Fathers Republik Indonesia sudah berdialog keras dengan tokoh lintas agama, dan berbagai golongan untuk membentu NKRI. Bahwasanya berbeda itu bukan sesuatu yang membuat pecah belah, tapi untuk membangun keharmonisan sebagai sesama bangsa dan se-tanah air.

“Selain ukhuwah Islamiyah, ada ukhuwah insaniyah, dan ukhuwah basyariyah. Kita harus mengawal agar NKRI tetap kokoh dan tegak karena Indonesia sudah diprediksi menjadi negara besar setara dengan RRC, AS, Jepang, dan lainnya.  Insya Allah bisa tercapai saat HUT Indonesia Emas tahun 2045," tegasnya.

Sementara itu Kepala SMPN 1 Gedangan Ari Setiawan menyebutkan bahwa deklarasi ini merupakan titik awal untuk mengimbaskan dan sosialisasi toleransi setelah tiga tahun berjalan. Bahwasanya Sekolah Toleransi sudah seiring sejalan dengan P5 karena ada prinsip kebhinekaan bahkan saling menguatkan.

Dalam acara ini juga digelar pameran dan bazaar yang juga berbasis P5. Di antaranya bernalar kritis, karakter kreativitas, kerjasama dan gotong royong. Ari sepakat bahwa perlu dikembangkan di kebhinekaan global. Bahwa bersama itu tidak harus sama, tetapi saling menghargai dan menghormati.

Acara deklarasi ini ditandai dengan penyerahan SK Toleransi dari Komunitas Seni Budaya BrangWetan kepada kepala SMPN 1 Gedangan, pemancangan papan nama Sekolah Toleransi, penandatanganan piagam  Sekolah Toleransi oleh kepala sekolah, kadikbud Sidoarjo, dan ketua BrangWetan.

Sedangkan Kepala Bakesbangpol Kabupaten Sidoarjo Musta'in Balasan juga menyerahkan piagam penghargaan Sekolah Pengembang Toleransi kepada SMPN 1 Gedangan.

Dalam sambutannya Musta'in menyatakan bahwa negara-negara di Balkan, Timteng, dan lainnya tidak stabil karena tidak menghargai toleransi. Negara-negara di Timteng selalu bertengkar karena tidak ada ukhuwah basyariyah dan Islamiyyah. Karena itu, Musta'in mencontohkan bahwa toleransi bisa diukur dengan perbuatan kecil, yaitu bahwa untuk menolong orang lain tidak akan tanya agama dan asalnya.

Acara yang berlangsung di beberapa bagian di halaman dalam sekolah itu juga menampilkan berbagai atraksi kesenian. Termasuk penampilan Naomi Oktavian siswi kelas 8, anak ABK yang meraih berbagai kejuaraan peragaan busana dan modelling. (cat/rd)