Aset Sekolah Jadi Lahan Bisnis
Diduga aset tanah SD yang berlokasi di jalan Airlangga, Kelurahan Kebalenan itu dijadikan lahan bisnis. Namun, tanpa melalui prosedur yang benar. Pasalnya, berdasarkan penelusuran tim, warga yang rumahnya terdekat dari pendirian tower BTS itu tidak pernah mendapatkan sosialisasi maupun kompensasi.
Banyuwangi, HB.net - Tower atau menara telekomunikasi Base Transceiver Station (BTS) seluler telah berdiri sejak 3 tahun lalu di lingkungan Sekolah Dasar (SD) Kebalenan, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi, dinilai dapat membahayakan para siswanya.
Diduga aset tanah SD yang berlokasi di jalan Airlangga, Kelurahan Kebalenan itu dijadikan lahan bisnis. Namun, tanpa melalui prosedur yang benar. Pasalnya, berdasarkan penelusuran tim, warga yang rumahnya terdekat dari pendirian tower BTS itu tidak pernah mendapatkan sosialisasi maupun kompensasi.
Salah satu warga sekitar sekolah, Mustafa, yang rumahnya hanya berjarak kurang lebih 20 meter dari berdirinya tower monopole setinggi kurang lebih 20 -30 meter, tidak mendapatkan kompensasi.
"Boro-boro dikasih kompensasi, sosialiasi saja tidak. Jadi saya tidak tahu itu tower milik provider apa. Padahal rumah saya yang paling dekat. Biasanya kan minta persetujuan warga terdekat dulu," kata Mustafa, Selasa (14/6/2022).
Meski begitu, pemilik tower dapat mengantongi izin. Apalagi, tower BTS tersebut berdiri di lingkungan sekolah yang juga berdekatan dengan pemukiman penduduk. Sehingga dampak radiasi yang ditimbulkan, ditakutkan dapat membahayakan para siswa dan masyarakat sekitar.
"Seharusnya, warga yang rumahnya dekat dapat kompensasi. Sana yang dapat uang, saya dan warga sekitar yang harus nanggung resiko bahayanya," jelasnya.
Mantan Ketua RT setempat, Habib mengaku jika dirinya telah membubuhkan tanda tangan saat dimintai persetujuan pendirian tower tersebut. "Tiga tahun lalu, salah satu orang yang mengaku perwakilan perusahaan pendiri tower bolak-balik datang ke rumah saya minta tanda tangan. Awalnya saya tolak, tetapi katanya program pemerintah, akhirnya saya tanda tangani," kata Habib.
"Setelah saya tanda tangani, ternyata tidak ada sama sekali uang kompensasinya. Orangnya juga tidak pernah datang lagi," ucapnya.
Kepala Sekolah SDN Kebalenan, saat dikonfirmasi tidak berada ditempat. Sedangkan salah satu guru yang enggan disebutkan namanya menjelaskan, jika pihak sekolah tidak tahu menahu terkait pendirian tower tersebut. "Tanya saja ke Pemda. Lagian kepala sekolahnya juga baru, pastinya juga tidak tahu," ujarnya. (guh/diy)