Balita di Tuban Alami Sakit Kulit Parah,  Tidak Dapat Penanganan Maksimal dari RSUD

Balita di Tuban Alami Sakit Kulit Parah,  Tidak Dapat Penanganan Maksimal dari RSUD
Kondisi Rasyid yang kulitnya terlihat melepuh karena alergi obat.

Tuban, HB.net - Rasyid, balita berusia 9 bulan anak dari Sutrisno dan Intan warga Tuban terpaksa pindah ke rumah sakit swasta Medika Mulia setelah tidak mendapatkan perawatan maksimal dari petugas medis RSUD de Koesma milik pemkab setempat.

Diketahui, sebelumnya Rasyid sendiri diduga terkena Sindrom Stevens-Johnson dan nekrosis epidermal toksik (SJS/TEN). Pasien yang terkena penyakit ini kondisi kulitnya mengelupas yang sangat serius. Kabarnya penyakitnya disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obatan atau suatu penyakit.

Saat di konfirmasi ayah Rasyid. Sutrisno yang juga Komisioner Bawaslu Kabupaten Tuban mengaku, bahwa pada Jumat (25/4/2025) malam sekitar pukul 19.00 WIB anaknya di bawa ke IGD karena kondisi badan melepuh di bagian pantat dan muka lebam. Ketika dicek petugas medis kondisi suhu tubuh Rasyid sekitar 37 derajat celcius. Tak hanya itu saja, kondisi badannya ditemukan ada bagian badan yang melepuh.

"Tapi saat hendak diberi antibiotik dan isteri saya menanyakan kepada petugas medis jaga hendak disuntik lewat infus atau langsung ke kulit," cerita Tris sapaan akrabnya.

Setelah mendapatkan jawaban bahwa bayi akan disuntik ke kulit, membuat keluarga menolak karena kasihan. Oleh sebab itu, orang tua minta petugas agar antibiotiknya bisa melalui infus. Tapi dokter jaga tak memenuhi permintaan pihak keluarga dan hanya memberikan antibiotik lalu disuruh pulang.

"Jadi berdasarkan hasil diagnosa dokter jaga IGD pasien boleh pulang dengan resep dokter karena alergi biasa," ungkap Sutrisno.

Sutrisno pun menjelaskan, memang saat itu pihaknya belum mendaftar rawat inap dan kurang dari satu jam si anak dipulangkan dengan kondisi badan sudah melepuh. Padahal niat awal ingin rawat inap karena saat di rumah kondisi anak sudah ruam merah bagi ketiak dan punggung.

"Sempat juga kejang dan gemetar, tapi dianggap oleh dokter jaga bisa dirawat jalan karena alergi biasa," imbuhnya

Sementara itu, setelah dipulangkan dari IGD RSUD Koesma pasien kemudian diberi obat. Berdasarkan resep dokter dan kondisinya semakin parah dengan kondisi kulit seperti luka bakar 80 persen. Tak tega melihat bayinya keesokan harinya pada Sabtu (26/4/2025) sekitar pukul 06.00 WIB Rasyid dibawa ke RS Medika Mulia Tuban.

"Hasilnya, pihak RS Medika menanyakan sejak kapan kejadiannya dan kondisi anak seperti ini. Diagnosa dengan cepat dilakukan. Hasilnya pasien mengalami panas dalam yang memicu kulit luar melepuh dan ruam merah. Selanjutnya, pihak RS Medika lalu mengambil sampel darah Rasyid dan hasilnya ada infeksi," bebernya.

Orang tua Rasyid awalnya menduga anaknya terkena Impetigo. Penyakit ini sejenis infeksi kulit yang menular, terutama menyerang anak-anak. Apalagi ditandai dengan luka merah dan lepuhan berisi cairan yang kemudian membentuk kerak kuning atau cokelat. Lalu, berdasarkan informasi yang diterima penyakit ini disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes. Impetigo biasanya muncul di wajah, terutama di sekitar hidung dan mulut, tetapi juga bisa di tangan, kaki, dan area popok.

"Tapi, hasil diagnosa awal anak saya terkena Sindrom Stevens-Johnson dan nekrosis epidermal toksik (SJS/TEN). Biasanya yang terkena penyakit ini kondisi kulitnya mengelupas yang sangat serius yang disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obatan atau suatu penyakit," ucapnya.

Atas kejadian ini, keluarga pasien berharap tidak terulang kasus serupa ke anak lain di Kabupaten Tuban. Untuk dokter jaga IGD dalam mendiagnosa agar lebih hati-hati dan teliti, jangan asal diagnosa kemudian disuruh pulang. Kini, Rasyid sudah dirawat di RS Medika selama 4 hari.

Ada tiga dokter yang menanganinya, yakni dokter spesialis anak, spesialis kulit dan dokter mata. Dokter mata turun tangan untuk memastikan bahwa luka di bagian mata pasien tidak menganggu penglihatan.

"Kami tidak mempersoalkan tindakan dokter, karena ini adalah kecelakaan. Semoga tidak anak lain yang senasib dengan Rasyid," harapnya.

Mengenai hal itu, Direktur RSUD dr Koesma Tuban, dr Masyhudi menyampaikan, sebenarnya alergi obatnya tersebut berasal dari dokter spesialis kulit kelamin yang tidak berasal dari RSUD Koesma. Mengenai pemulangan pasien atau disuruh rawat jalan pihaknya sudah memanggil dokter jaga dan kepala IGD untuk diminta keterangan. Hasilnya pasien mengalami reaksi obat dan sudah dilakukan pemeriksaan suhu sekitar pukul 18.00 WIB.

"Untuk suhu tidak lanas dan sudah ditawari injeksi anti alergi. Tapi pihak keluarga meminta dikasih obat anti alergi," jelas dokter Masyhudi saat dikonfirmasi melalui ponselnya.

Tak hanya itu saja, menurut dr Masyhudi, sesuai penuturan dokter jaga bahwa kondisi pasien cukup baik dan diberikan obat anti alergi. Bahkan, telah disampaikan jika keesokan hari belum ada perubahan maka disarankan kontrol lagi ke IGD. Tetapi, karena pasien tetap rewel maka pihak keluarga membawanya pulang dan keesokan harinya dibawa ke IGD RS Medika Mulya serta dilakukan infus.

"Disuruh pulang karena yang memeriksa dr IGD nya menganggap kondisi pasien masih cukup baik dan bisa diinjeksi anti alergi," tegasnya.

Disisi lain, terkadang untuk kondisi alergi biasanya cukup disuntik anti alergi dan dikasih obat biasanya sembuh. Tapi apa yang terjadi pada anak ini memang tergolong alerginya progresif.

"Pasien ini memang memiliki tergolong alerginya progresif," pungkasnya. (wan/ns)