Bank Jatim Bagi Deviden Rp 52 Per Lembar Saham
Bank Jatim melaksanakan rapat umum pemegang saham (RUPS) 2021, Kamis (17/3) di Ruang Bromo, Kantor Pusat Bank Jatim lantai 5, Surabaya.
Surabaya, HARIANBANGSA.net - Bank Jatim melaksanakan rapat umum pemegang saham (RUPS) 2021, Kamis (17/3) di Ruang Bromo, Kantor Pusat Bank Jatim lantai 5, Surabaya. Acara ini juga dihadiri Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa yang mewakili Pemprov Jatim sebagai pemegang saham pengendali.
Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman menyampaikan, Bank Jatim selama tahun buku 2021 yang menunjukkan performa bagus dan tumbuh bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya (year on year/ yoy). Jika dibandingkan dengan kinerja industri perbankan secara nasional dan regional Jatim.
Berdasarkan kinerja Desember 2021, untuk pertama kalinya dalam sejarah, aset Bank Jatim Rp 100,72 triliun, tumbuh 20,45 persen. Laba bersih Rp 1,52 triliun, tumbuh 2,29 persen (yoy). Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit tumbuh 3,06 persen (yoy) sebesar Rp 42,75 triliun. Kredit di sektor UMKM penyumbang pertumbuhan tertinggi, 11,07 persen (yoy), Rp 7,55 triliun, kredit komersial Rp 10,46 triliun, tumbuh 1,28 persen dan kredit sektor konsumsi Rp 24,74 triliun, tumbuh 1,58 persen.
Bank Jatim berhasil membagi deviden sebesar Rp. 52,11 per lembar saham. Nilai tersebut naik dari dividen tahun sebelumnya Rp. 48,85 per lembar saham. Secara keseluruhan, total dividen yang dibagi kepada pemegang saham adalah sebesar Rp. 782.457.605.053,02 atau sebesar 51,37 persen dari laba bersih tahun buku 2021.
Kali ini juga terdapat perubahan susunan pengurus perseroan. Bank Jatim memberhentikan dengan hormat anggota direksi yang berakhir masa jabatannya, yaitu Direktur Risiko Bisnis Rizyana Mirda dan Direktur Keuangan Ferdian Timur Satyagraha. Bank Jatim mengangkat komisaris dan direksi baru yang telah lulus fit & proper test.
Usai RUPS, Busrul Iman juga menegaskan jika dengan adanya direksi baru ini Bank Jatim ingin tumbuh dengan sehat. Serta ingin menjadi bank nomor 1, karena posisinya saat ini ke-2 setelah Bank Jabar. “Kalau tumbuh saja tidak sehat ya jangan. Tentunya nanti kita mengawal direksi. Tentu formasi baru lebih optimis, kita bisa berkolaborasi dengan berbagai pihak,” pungkasnya. (diy/rd)