Data Pelaku Curanmor, Ada yang Beda antara Surabaya dengan Bangkalan
Kota Surabaya sempat diberikan label sebagai kota darurat curanmor. Label itu muncul dikarenakan ada 3-5 unit kendaraan bermotor hilang dalam sehari.

Surabaya, HARIANBANGSA.net - Kota Surabaya sempat diberikan label sebagai kota darurat curanmor. Label itu muncul dikarenakan ada 3-5 unit kendaraan bermotor hilang dalam sehari. Beberapa terobosan untuk menekan tingginya angka curanmor telah dilakukan pihak kepolisian bersama Pemkot Surabaya dan TNI. Salah satunya Polisi RW dan Kampung Tanguh 24/7.
Namun hampir tiap hari warga Surabaya mengalami motornya hilang. Beberapa media massa dan media sosial dibanjiri oleh tontonan motor yang raib. Situasi darurat curanmor tersebut dijelaskan Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Luthfie Sulistiawan. Pihaknya memberikan keterangan bahwa dari hasil analisis bahwa pelaku dan penadah hasil curanmor mayoritas berada di Bangkalan, Madura.
“Dari hasil pemeriksaan dan pengejaran pelaku curanmor yang dilakukan oleh Satreskrim, bahwa pelaku curanmor yang beraksi di Surabaya melarikan motor hasil curian ke Madura. Di sanalah pelaku berasal dan penadah berada,” ujar Luthfie Sulistiawan, beberapa waktu lalu.
Namun keterangan yang dilontarkan oleh kapolrestabes Surabaya dibantah oleh Kapolres Bangkalan AKBP Hendro Sukmono. Orang nomor satu di wilayah hukum Bangkalan ini merupakan mantan kasat reskrim Polrestabes Surabaya 2023-2024.
“Saya sebelumnya pernah menjabat menjadi kasat reskrim di Surabaya telah menemukan hasil data pelaku curanmor. Kalau penadah hasil curanmor 61,44 persen memang larinya ke arah Pulau Madura. Namun data April 2024 lalu untuk 141 pelaku yang berhasil diamankan selama 2 minggu, tercatat 73 pelaku warga Surabaya, 21 pelaku asal Bangkalan, 12 pelaku asal Sampang, dan lainnya dari beberapa kota kabupaten,” ujar Hendro Sukmono.
Hendro Sukmono juga menjelaskan bahwa data yang pernah didapat April 2024 saat dirinya menjabat menjadi kasat reskrim Polrestabes Surabaya, dipastikan untuk tren kejahatan curanmor tahun 2025 bisa juga hampir sama.
“Jadi dalam hal data bahwa pelaku curanmor yang dituduhkan mayoritas warga Madura, khususnya Bangkalan itu kurang benar. Namun untuk penadahnya 61 persen adalah warga Madura mungkin ini bisa menjadi tolak ukur kami untuk melakukan penegasan guna meminimalisir kejahatan curanmor,” tutup Hendro Sukmono.(yan/rd)