Investasi di Surabaya Tembus Rp 19,9 Triliun, Wali Kota Eri Cahyadi Optimis Tumbuhkan Ekonomi Kerakyatan

 “Nah, total investasi non UMK sebesar Rp 12,005 triliun dan total investasi UMK sebesar Rp 7,919 triliun, sehingga total investasi pada semester 1 ini sebesar Rp 19,919 triliun. Alhamdulillah ini menunjukkan bahwa investasi terus berdatangan ke Surabaya,” tegas Wali Kota Surabaya.

Investasi di Surabaya Tembus Rp 19,9 Triliun, Wali Kota Eri Cahyadi Optimis Tumbuhkan Ekonomi Kerakyatan
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ketika menjelaskan potensi ekonomi Surabaya dan pertembuhan ekonomi yang menjanjikan.

Surabaya, HB.net - Berbagai inovasi dan terobosan terus dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk meningkatkan investasi di Kota Pahlawan. Alhasil, kinerja investasi di Kota Surabaya pada semester 1/2023 atau pada kurun waktu Januari-Juni 2023 sudah tembus Rp 19,919 triliun.

Realisasi investasi ini berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 1,512 triliun, dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 10,493 triliun, serta penanaman modal usaha mikro kecil sebesar Rp 7,919 triliun. Untuk PMA dan PMDN itu termasuk ke dalam Non-UMK yang modal usahanya di atas Rp 5 miliar. Sedangkan investasi yang modal usahanya di bawah Rp 5 miliar masuk kategori UMK.

 “Nah, total investasi non UMK sebesar Rp 12,005 triliun dan total investasi UMK sebesar Rp 7,919 triliun, sehingga total investasi pada semester 1 ini sebesar Rp 19,919 triliun. Alhamdulillah ini menunjukkan bahwa investasi terus berdatangan ke Surabaya,” tegas Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi di ruang kerjanya, Kamis (17/8/2023).

Wali Kota Eri juga optimistis besarnya investasi yang masuk ke Surabaya mampu menumbuhkan ekonomi kerakyatan. Misalnya, bagaimana ketika keberadaan hotel di Surabaya itu untuk kebutuhan sandal atau handuknya, dapat dipenuhi dari UMKM Surabaya.

Demikian pula dengan hadirnya rumah makan dan restoran. Maka, kebutuhan sayuran dapat disuplai dari tanaman hidroponik yang dibudidayakan oleh warga Surabaya. Termasuk bagaimana dengan hadirnya rumah sakit. Maka, tenaga kerja atau kebutuhan laundry bisa dipenuhi dari warga Surabaya.

Oleh karena itu, ia memastikan bahwa saat ini salah satu syarat untuk investasi di Surabaya adalah harus mempekerjakan warga Surabaya. Artinya, setiap investasi baru yang masuk, harus dapat menumbuhkan lapangan kerja bagi warga Surabaya. "Jadi investasi silahkan masuk sebesar-besarnya ke Surabaya, tetapi harus bisa menggerakkan ekonomi kerakyatan warga Surabaya," ujarnya.

Meski begitu, Wali Kota Eri juga menyadari bahwa lahan investasi di Kota Surabaya ini sangat terbatas, sehingga ke depannya ia memastikan akan terus menggenjot investasi dari sektor barang dan jasa. “Sekarang kita lagi bergerak dengan Pelindo bagaimana lahan-lahan parkir di Pelindo itu bisa dikelola dengan baik. Jadi, kita bersama Pelindo juga akan bergerak di pelabuhan untuk meningkatkan investasi,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kota Surabaya Afghani Wardhana menjelaskan sejumlah sektor yang menjadi penyumbang tertinggi dari PMA, PMDN, dan UMK. Khusus untuk penyumbang tertinggi dari PMA adalah sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi sebesar Rp 473,35 miliar, lalu perdagangan dan reparasi sebesar Rp 398,85 miliar, dan disusul oleh sektor perhotelan dan restoran sebesar Rp 211,05 miliar.

Sedangkan penyumbang tertinggi dari PMDN adalah sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran sebesar Rp 3,58 triliun, lalu sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi sebesar Rp 1,53 triliun, dan disusul oleh sektor perdagangan dan reparasi sebesar Rp 794,2 miliar. Selanjutnya di sektor kontruksi sebesar Rp 791,3 miliar, lalu hotel dan restoran menyusul dengan capaian sebesar Rp 721,9 miliar.

Keindahan Surabaya pada malam hari yang menjadi daya tarik tersendiri bagi investor yang mau menanamkan modalnya di Surabaya.

Sementara penyumbang tertinggi dari UMK adalah sektor perdagangan dan reparasi sebesar Rp 2,13 triliun, lalu jasa lainnya sebesar Rp 901,3 miliar, dan disusul oleh sektor konstruksi sebesar Rp 550,27 miliar, kemudian sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi sebesar Rp 423,3 miliar, selanjutnya sektor hotel dan restoran sebesar Rp 253,8 miliar.

 “Alhamdulillah PMDN Surabaya tertinggi se-Jawa Timur, ini menunjukkan bahwa minat investor tanah air masih tinggi dibandingkan investor dari luar negeri,” tegasnya.

Selain itu, Afghani juga menjelaskan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan nilai investasi di Kota Surabaya adalah dengan memberikan kemudahan perizinan kepada para investor. Bentuk kemudahan yang diberikan seperti pengurusan perizinan berusaha seluruhnya dilaksanakan secara online melalui system OSS (Online Single Submission) dan SSW (Surabaya Single Window) ALFA.

"Proses secara online tersebut tentunya memudahkan investor untuk memenuhi izin atas usaha yang dilakukan, sementara Pemkot Surabaya terus menggencarkan sosialisasi system tersebut kepada investor dan pelaku usaha. Kita juga sudah siapkan klinik investasi di Siola untuk membantu para investor dalam mengurus perizinannya. Jadi, kita berikan kemudahan dan kenyamanan untuk berinvestasi di Surabaya,” pungkasnya. (ian/ns)