Pencegahan Stunting di Surabaya, Gebyar BWSE IV Sasar Baduta Berisiko

Pemkot Surabaya dan Tim Penggerak (TP) PKK Kota Surabaya kembali menunjukkan komitmennya dalam mempercepat eliminasi stunting melalui Gebyar Lomba Bersama Wujudkan Surabaya Emas (BWSE) - Eliminasi Stunting Surabaya Jilid IV.

Pencegahan Stunting di Surabaya, Gebyar BWSE IV Sasar Baduta Berisiko
Ketua TP PKK Kota Surabaya, Rini Indriyani saat bersama anak-anak balita.

Surabaya, HARIANBANGSA.net - Pemkot Surabaya dan Tim Penggerak (TP) PKK Kota Surabaya kembali menunjukkan komitmennya dalam mempercepat eliminasi stunting melalui Gebyar Lomba Bersama Wujudkan Surabaya Emas (BWSE) - Eliminasi Stunting Surabaya Jilid IV.

Program ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, melainkan juga wadah krusial untuk edukasi, pendampingan, dan penguatan peran keluarga dalam memastikan tumbuh kembang optimal anak-anak.

Ketua TP PKK Kota SurabayaRini Indriyani menjelaskan bahwa tahapan BWSE Jilid IV telah dimulai sejak 30 Juni 2025 dengan sosialisasi kepada seluruh ketua TP PKK kecamatan dan kelurahan. Sosialisasi ini bertujuan mempersiapkan peserta dan Tim Pendamping Keluarga (TPK) di wilayah masing-masing untuk terlibat aktif dalam program.

“Berbeda dengan edisi sebelumnya yang menyasar anak stunting dan pra-stunting, BWSE Jilid IV kali ini mengambil langkah proaktif dengan menargetkan 607 baduta (bayi di bawah dua tahun) yang menunjukkan indikasi T2, yaitu tidak mengalami kenaikan berat badan dua kali berturut-turut,” kata Bunda Rini sapaan lekatnya, di Kantor PKK Surabaya, Sabtu (5/7).

Bunda Rini menjelaskan rinciannya, yakni 150 bayi usia 0-6 bulan, 153 baduta usia 7-11 bulan, dan 304 baduta usia 12-24 bulan menjadi sasaran utama. Sasaran ini ditetapkan berdasarkan data akurat dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya dan telah dikonfirmasi bersama oleh ketua TP PKK Kelurahan serta puskesmas setempat, menunjukkan sinergi data yang kuat.

Pendampingan tidak hanya sebatas gizi, namun juga melibatkan edukasi mengenai posisi menyuapi anak hingga pentingnya kebersihan lingkungan, dengan masukan dari berbagai disiplin ilmu. Harapannya, program ini juga sangat memperhatikan pola asuh yang benar. "Kami lebih fokus pada bagaimana pola asuh anak ini, mendidik anak," kata dia.

Penilaian dalam lomba ini melibatkan juri dari unsur akademis dan profesi terkemuka, antara lain Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair, Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi), Poltekkes Kemenkes, dan TP PKK Kota Surabaya.

Sementara itu, Dr. dr. Mira Ermawati, Sp.A(K), konsultan dari IDAI Cabang Jawa Timur, menjelaskan bahwa kolaborasi dengan Pemkot Surabaya ini adalah kali keempatnya, menandakan konsistensi dalam penanganan masalah gizi anak.

“IDAI memfokuskan pendekatan pada pencegahan dini, terutama menargetkan kelompok usia 0 hingga 6 bulan, termasuk bayi prematur. Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati," jelas dr. Mira.

Ia melanjutkan, periode ini krusial karena bayi masih mengkonsumsi ASI eksklusif, sehingga intervensi dan deteksi dini di fase ini akan menghasilkan pencegahan yang lebih cepat dan efektif. Sebab, sering kali, kasus stunting berakar dari perlekatan ASI yang tidak baik atau kurangnya pemahaman ibu tentang pentingnya asupan protein hewani saat menyusui.

“Sebagai bentuk nyata kolaborasi, IDAI Cabang Jawa Timur meluncurkan program unggulan 1 Puskesmas 1 Pediatrician (1P1P). Program ini memastikan setiap Puskesmas di Surabaya kini memiliki dokter spesialis anak, memudahkan masyarakat untuk berkonsultasi,” imbuhnya.

Selama dua bulan ke depan, IDAI akan berfokus pada penyuluhan di 63 puskesmas se-Surabaya, mencakup pentingnya ASI, tumbuh kembang anak, dan makanan bergizi. Konselor laktasi dari dokter spesialis anak juga akan memberikan bimbingan khusus tentang pemberian ASI yang benar di seluruh kecamatan dan kelurahan.

Keterlibatan IDAI juga meliputi pengamatan dan evaluasi berkelanjutan. Setelah penyuluhan dan penimbangan awal, tim akan melakukan kunjungan rumah dan evaluasi akhir untuk memastikan target tercapai. Interaksi langsung antara masyarakat dan dokter spesialis anak di lokasi juga menjadi prioritas. “Kami berharap dapat memberikan sumbangsih maksimal bagi seluruh masyarakat Surabaya," pungkasnya. (ari/rd)