Tembakau Jatim Berkontribusi 57,01 Persen dari Total Produksi Nasional

Jawa Timur menjadi provinsi penghasil tembakau terbesar di Indonesia.

Tembakau Jatim Berkontribusi 57,01 Persen dari Total Produksi Nasional
Musim tanam tembakau di Jawa Timur umumnya dimulai setelah musim hujan mereda.

Surabaya, HARIANBANGSA.net - Jawa Timur menjadi provinsi penghasil tembakau terbesar di Indonesia.  Kontribusi tembakau Jatim sebesar 57,01 persen dari total produksi secara nasional sebesar 325,25 ribu ton

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur Dydik Rudy Prasetya mengatakan, pada tahun 2024, Jawa Timur memiliki luas areal sebesar 147.373 ha dengan total produksi tembakau sebanyak 185.437 ton.

Rudy menambahkan, kabupaten penghasil tembakau tertinggi di Jawa Timur tahun 2024 adalah Pamekasan, yakni 29.670 ton, kemudian Bojonegoro 22.252 ton, Situbondo 17.616 ton, Probolinggo 16.318 ton, Lamongan 15.391 ton. "Dan total di 28 kabupaten di Jawa Timur," katanya, Minggu (25/5)

Rudy mengungkapkan, ada 7 jenis tembakau yang dikembangkan di Jawa Timur. Pertama adalah tembakau Jawa yang dikategorikan sebagai tembakau hitam. "Merupakan tembakau varietas lokal Indonesia yang dikembangkan dan dikhususkan sebagai bahan baku utama pembuatan rokok kretek (SKT), dengan karakter impact yang tinggi, karena kadar nikotin yang tinggi," jelasnya.

Kedua dan ketiga adalah tembakau Kasturi dan tembakau Virginia yang dikategorikan sebagai tembakau kuningan. Tembakau ini mempunyai rasa yang ringan dengan kadar nikotin rendah dan gula reduksi yang sedang. Menurutnya jenis ini digunakan sebagai bahan baku rokok SKM dan SKT yang berperan sebagai filler atau pengisi rokok.

Keempat adalah tembakau Paiton. Asal tembakau ini dari daerah Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Tembakau ini terkenal karena daunnya yang lebar, aromanya kuat, dan warna daunnya coklat cerah. Sering digunakan untuk campuran rokok kretek kelas menengah dan atas.

Jenis kelima adalah tembakau Madura yang dikategorikan sebagai tembakau aromatik yang digunakan sebagai pemberi aroma, baik pada SKT maupun SKM. Rudy mengatakan, tembakau Madura memiliki karakter harum dengan kadar nikotin yang rendah dengan kandungan gula reduksi yang tinggi. "Sehingga selain harum, tembakau ini cenderung memberikan rasa manis alami yang khas," tuturnya.

Lebih lanjut Rudy mengatakan, jenis keenam adalah tembakau Besuki Na Oogst. Jenis ini merupakan tembakau yang memiliki harga mahal, karena digunakan sebagai bahan baku rokok cerutu. "Pola budi daya yang cukup rumit dan terstandar global, disesuaikan dengan permintaan karena tembakau ini merupakan komoditas ekspor unggulan Jawa Timur," katanya.

Jenis ketujuh adalah tembakau White Burley. Menurutnya, ini merupakan tembakau introduksi yang dikenalkan oleh Philip Morris yang dibudidayakan di Indonesia sebagai bahan baku utama rokok sigaret putih mesin (SPM). "Karakternya memiliki kadar nikotin yang rendah, dengan kadar gula reduksi yang rendah. Kabupaten penghasil tembakau ini adalah hanya di Kabupaten Lumajang," jelasnya.

Rudy juga mengimbau kepada para petani tembakau untuk memperhatikan peringatan Badan Meteorologi, Klinatologi dan Geofisika (BMKG). Berdasarkan analisis BMKG mengenai peningkatan cuaca ekstrem di Jawa Timur pada 18–27 Mei, ada potensi berdampak terhadap musim tanam tembakau.

"Musim tanam tembakau di Jawa Timur umumnya dimulai setelah musim hujan mereda. Yakni sekitar akhir Mei hingga awal Juni. Syarat ideal tanam: tanah yang cukup kering, sinar matahari cukup, dan curah hujan minimal, krena tanaman tembakau sangat sensitif terhadap kelembaban berlebih dan tergenangnya air. Selain itu, tanaman bisa mudah terkena penyakit," katanya.

Rudy mengatakan, pihaknya melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi tembakau di Jatim. Antara lain melalui pelaksanaan program peningkatan kualitas bahan baku berupa kegiatan intensifikasi tembakau melalui pemberian bantuan pupuk dan kegiatan dukungan sarana dan prasarana pertanian melalui bantuan alat mesin pertanian

Penyuluhan dan pemberdayaan petani dalam rangka penerapan teknologi pertanian dari hulu sampai hilir berupa kegiatan pelatihan teknis pembibitan tembakau, pelatihan teknis pengembangan benih tembakau sesuai standar.

Pelatihan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada tanaman tembakau, pelatihan penerapan teknologi pertanian untuk petani tembakau.

“Pelatihan penanganan panen dan pasca panen tembakau dilaksanakan dalam rangka penanganan dampak perubahan iklim berupa pelatihan teknis adaptasi dan mitigasi perubahan iklim terhadap produksi tembakau,” pungkasnya.(dev/rd)