Anwar Sadad: Genetika Masyarakat Islam Indonesia adalah Moderat

“Kalau kita lihat sejarah teologi keagamaan ada Jabariyah dan Qadariyah, ada Khawarij dan Syiah,  sementara al-Asy’ariyah ada di tengah-tengah atau sikap moderat atau dikenal dengan ummatan wasatha,” terang Sadad, Jumat (11/2/2022).

Anwar Sadad: Genetika Masyarakat Islam Indonesia adalah Moderat
Anwar Sadad, S.Ag, M.Ag, Wakil Ketua DPRD Jawa Timur. foto : istimewa.

Surabaya, HB.net - Wakil Ketua DPRD Jawa Timur, Anwar Sadad menegaskan bahwa kode genetika masyarakat Islam Indonesia adalah Islam wasathiyah (moderat), selalu berada di antara dua ekstrem.

Pernyataan itu disampaikan Anwar Sadad dalam acara studium general yang digelar Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah (IAI Tabah) Lamongan, bertajuk “Membangun Kolaborasi untuk Meneguhkan Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi” yang disiarkan secara online.

“Kalau kita lihat sejarah teologi keagamaan ada Jabariyah dan Qadariyah, ada Khawarij dan Syiah,  sementara al-Asy’ariyah ada di tengah-tengah atau sikap moderat atau dikenal dengan ummatan wasatha,” terang Sadad, Jumat (11/2/2022).

Sadad mengatakan cara pandang moderat inilah yang membuat Islam Indonesia dapat beradaptasi dengan zaman. Apalagi, setelah berakhirnya politik identitas, isu utama adalah bagaimana kita bisa hidup berdampingan dengan multi-etnis dan multi-kultaral. Kesediaan untuk berkolaborasi tersebut telah dimiliki oleh watak dasar umat Islam Indonesia.

"Namun bergaul dengan dunia internasional yang multi kultural itu harus ditunjang dengan kompetensi, tanpa kompetensi maka kita akan digilas oleh peradaban pemikiran," ujar mantan aktivis PMII itu.

Ketua DPD Partai Gerindra Jatim ini menambahkan, dalam tinjauan agama, referensi penting dalam ajaran agama menegaskan kehidupan di dunia ini, dibangun dengan empat pilar. Pertama, kontribusi pemikiran dari ulama atau cendikiawan. Kedua, kebijakan yang adil dari umara (pemimpin). Ketiga, kontribusi kaum elit secara ekonomi, kaum filantropis, dalam aksi sosial untuk kepentingan publik.“Yang keempat adalah keridhoan dan doa orang-orang fakir miskin,” pungkas keluarga Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan tersebut. (mdr/ns)