BHS Minta Semua Perlintasan KA Dilengkapi Sirine

Kecelakaan maut di perlintasan kereta api (KA) di Dusun Glonggong, Desa Kedungkembar, Kecamatan Prambon, Sidoarjo, baru-baru ini, membuat prihatin anggota Dewan Pakar DPP Partai Gerindra Bambang Haryo Soekartono (BHS).

BHS Minta Semua Perlintasan KA Dilengkapi Sirine
Bambang Haryo Soekartono (BHS) meninjau perlintasan KA di Desa Kedungkembar, Kamis (22/4). Mustain/ HARIAN BANGSA

Sidoarjo, HARIAN BANGSA.net - Kecelakaan maut di perlintasan kereta api (KA) di Dusun Glonggong, Desa Kedungkembar, Kecamatan Prambon, Sidoarjo, baru-baru ini, membuat prihatin anggota Dewan Pakar DPP Partai Gerindra Bambang Haryo Soekartono (BHS).

BHS pun berharap kejadian serupa tidak terulang dan bisa dicegah dengan melakukan sejumlah upaya. Di antaranya menggalakkan sosialisasi cara berkendara aman saat melintasi rel KA.

"Sosialisasi utamanya dilakukan ke warga sekitar perlintasan sebidang," cetus BHS saat meninjau perlintasan KA di Dusun Glonggong Desa Kedungkembar, Prambon, Kamis (22/4).

Kata BHS, agar aman saat melintasi rel KA, warga yang memakai kendaraan, tidak boleh terlalu pelan saat sudah di atas rel. "Pelannya itu saat 5-10 meter sebelum rel, untuk menengok kiri kanan. Namun begitu sudah di atas rel, harus dengan kecepatan agak tinggi," jlentrehnya.

Hal itu, kata BHS, agar tidak terjadi mesin kendaraan mati mendadak akibat medan listrik saat KA lewat. "Makanya semua perlintasan sebidang (perlintasan KA) harus mulus. Tujuannya agar saat lewat di situ, tidak kecepatan rendah," tandas BHS.

Nah, untuk perlintasan sebidang yang menghubungkan jalan antar kecamatan maupun jalan antar desa atau kelurahan, BHS menegaskan, perlintasan sebidang itu juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat. "Sehingga untuk sosialisasi ini sebenarnya tanggung jawab Dinas Perhubungan (Dishub)," jlentrehnya.

Selain sosialiasi berkendara aman saat melintasi rel, BHS menyatakan, semua perlintasan sebidang harusnya dilengkapi early warning system (EWS), yakni di antaranya berupa adanya sirine. "Sirine akan menyala satu kilometer sebelum kereta api lewat di perlintasan itu," bebernya.

Mantan anggota DPR RI periode 2014-2019 ini menambahkan, pihaknya sudah berkali-kali menyampaikan soal EWS tersebut ke Pemkab Sidoarjo. Kata BHS, terkait anggaran untuk EWS itu, mestinya tidak terlalu dipikir jika dibandingkan kewajiban melindungi nyawa publik.

Ditegaskan BHS, pihaknya berharap persoalan perlintasan sebidang tanpa palang pintu di jalan kecamatan dan desa, menjadi perhatian serius Pemkab Sidoarjo. "Mulai sekarang perlu segera dibangun EWS itu," pungkas alumnus ITS Surabaya ini.

Sementara itu, salah satu warga setempat, Sumangku, berharap pihak terkait menempatkan petugas di perlintasan KA itu. "Sekalian dipasang sirine juga," cetusnya saat bertemu BHS di perlintasan KA Dusun Glonggong Desa Kedungkembar Prambon.

Kata Sumangku, kecelakaan yang merenggut nyawa Ravina Okta (22), mahasiswi yang juga warga setempat, Senin (19/4) lalu, merupakan kejadian kali kedua. Kecelakaan serupa terjadi tahun lalu, di lokasi yang sama. Beruntung, korban yang juga warga setempat, berhasil selamat. (sta/rd)