Bulan Haji, Omzet Perajin Kotak Hantaran Limbah Kardus Meningkat

Datangnya bulan haji 2022, membawa berkah bagi perajin kotak hantaran. Seperti yang dilakukan Sulkan (56), asal Dusun Jetak, Desa Sidokerto, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang.

Bulan Haji, Omzet Perajin Kotak Hantaran Limbah Kardus Meningkat
Salah satu pekerja membuat kotak hantaran. Aan Amrulloh/ HARIAN BANGSA

Jombang, HARIANBANGSA.net - Datangnya bulan haji 2022, membawa berkah bagi perajin kotak hantaran. Seperti yang dilakukan Sulkan (56), asal Dusun Jetak, Desa Sidokerto, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang.

Kotak hantaran yang terbuat dari limbah kardus tersebut bahkan dipesan dalam jumlah banyak untuk tasyakuran calon jamaah haji (CJH) yang akan berangkat ke Tanah Suci.

Dijelaskan Sulkan, awal mula inisiatif membuat hantaran dari limbah kardus ini muncul sejak 5 tahun lalu. Lantaran penghasilan dari ternak ayam miliknya menurun. "Dulu beternak ayam, lambat laun pendapatan menurun. Terus punya ide buat kotak nasi sama tas buat hajatan," jelasnya, Jumat (10/6).

Dikatakan, Sulkan sengaja membuat kotak hantaran ini dari limbah kardus bekas lantaran harganya lebih murah dan mudah didapatkan. "Kardus bekas ini diambil dari toko pracangan. Harganya juga murah," bebernya.

Setiap hari ia bisa memproduksi 100 kotak hantaran. Untuk merakitnya, Sulkan memekerjakan tetangga sekitar serta warga dari luar desanya. "Satu orang kalau bisa maksimal ya mampu membuat 50 kotak," katanya.

Pesanan kotak hantaran ini selain dari wilayah Jombang sendiri juga datang dari luar kabupaten, seperti Pasuruan, Nganjuk hingga Madiun. Selain melayani pesanan perorangan, kebanyakan pesanan kotak hantaran ini juga dari pedagang toko di pasar. Paling banyak dari tengkulak, untuk dijual lagi.

"Pesanan kebanyakan dari Jombang, dari Gudo, Mojoagung. Kalau luar kota biasanya ada tengkulak yang pesan dan dijual lagi. Bulan ini ada sekitar 1000 pesanan untuk tasyakuran haji. Kalau tas biasanya untuk souvenir," terang Sulkan.

Harga satu kotak hantaran ini menyesuaikan dengan ukurannya. Untuk ukuran 22 harganya Rp 3.500, sedangkan untuk ukuran 20 harganya Rp 3.400. Omzetnya per bulan rata-rata Rp5 juta.

"Kalau ramai itu bisa sampai Rp 7 juta. Itu sudah bersih dipotong ongkos kerja dan bahan baku," pungkas Sulkan.(aan/rd)