Hindari Bencana Alam, Perhutani Mojokerto Ajak Masyarakat Jaga Hutan

Sejumlah bencana alam yang kerap melanda sejumlah daerah jadi atensi Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mojokerto.

Hindari Bencana Alam, Perhutani Mojokerto Ajak Masyarakat Jaga Hutan
Ngopi bareng Perhutani KPH Mojokerto dengan awak media.

Mojokerto, HARIANBANGSA.net - Sejumlah bencana alam yang kerap melanda sejumlah daerah jadi atensi Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mojokerto. Karenanya, organisasi pemerintah pemangku hutan tersebut menyampaikan arti pentingnya menjaga kelestarian hutan.

Dalam sebuah acara Ngopi Bareng bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Mojokerto, Jumat (13/10) tadi siang, Administratur Perhutani Mojokerto Andi Adrian Hidayat menyampaikan dampak penyalahgunaan fungsi hutan sebagai pemukiman.

"Ada sebuah desa di Jawa Timur dilanda banjir lantaran menjadikan kawasan hutan sebagai pemukiman. Padahal oleh pemerintahan Belanda waktu itu merubah fungsi hutan sebagai pemukiman sangat dilarang," terang Administratur Perhutani Mojokerto Andi Adrian Hidayat.

Karenanya, Andi memberikan wawasan akan arti pentingnya kelestarian hutan. Andi juga berharap jajaran pers dapat membantu menginformasikan implementasi kerja Perhutani kepada masyarakat.

“Saya sangat berharap rekan pers aktif menjalin komunikasi yang intens dengan Perhutani Mojokerto, sehingga sinergi diantara kita lebih bermakna,” tambah Andi lagi.

Ia menjelaskan, kawasan hutan yang masuk pengelolaan Mojokerto seluas 31.918,4 ha. Itupun berada di wilayah utara sungai Brantas di daerah Jetis dan Dawarblandong. Kawasan hutan, lanjutnya, sangatlah bersentuhan langsung dengan masyarakat sekitar hutan, sehingga interaksi dan intensitas terhadap hutan sangat tinggi.

"Saya sangat berharap rekan pers aktif menjalin komunikasi yang intens dengan Perhutani Mojokerto, sehingga sinergi di antara kita lebih bermakna,” harapnya.

Hal pokok, imbuhnya, tentang ruang lingkup, tugas, fungsi  dan wilayah kerja Perhutani. Hal tersebut sangat perlu mengingat sering dijumpai tulisan para jurnalis yang mengandung kesalahan akibat dari pemahaman insan pers tentang Perhutani yang kurang lengkap, katanya

Sementara itu, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Mojokerto Sholahuddin mengapresiasi acara tersebut.  “Alhamdulillah, setelah sekian purnama, pintu komunikasi dengan Perhutani akan semakin terbuka,” kata Sholahudin. “Hal ini sangat memudahkan wartawan dalam menggali informasi ataupun mendapatkan data yang akan dijadikan berita,” imbuhnya.

Dalam kesempatan tersebut, juga dilakukan dialog interaktif yang hangat, tentang pembangunan hutan dan kehutanan Perhutani Mojokerto. (yep/rd)