Intelijen Santri Dibedah di Unipdu

Inisiatif Moderasi Indonesia (Inmind) menggelar seminar dan bedah buku berjudul Perjalanan Intelijen Santri di Auditorium Unipdu, Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang, Kamis (9/6).

Intelijen Santri Dibedah di Unipdu
KH. As'ad Said Ali saat memberikan sambutan. Aan Amrulloh/ HARIAN BANGSA

Jombang, HARIANBANGSA.net - Inisiatif Moderasi Indonesia (Inmind) menggelar seminar dan bedah buku berjudul Perjalanan Intelijen Santri di Auditorium Unipdu, Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang, Kamis (9/6).

Dalam seminar bedah buku karya KH. As'ad Said Ali tersebut, dihadiri oleh Ketua Program Studi Kajian Wilayah Timur Tengah, Yon Macmudi, Guru Besar Ilmu Politik Universitas Airlanngga Kacung Marijan, Dosen Fakultas Ushuludin UIN Sunan Ampel Muh Aimur Rofiq, Serta ratusan peserta dari berbagai kalangan mulai dari akademisi, mahasiswa, pelajar, hingga ormas.

Dikatakan As'ad Said Ali dalam sambutannya, bahwa basis intelijen sudah dimulai sejak zaman nabi. Yakni mulai Nabi Sulaiman saat akan menaklukan Negeri Saba. "Saat itu yang diperintahkan adalah burung Hud untuk menjadi intelijen yang diperintahkan untuk melihat reaksi dari Ratu Saba usai menerima surat dari Nabi Sulaiman," tuturnya.

Masih menurut pria lelaki yang pernah menjabat sebagai wakil kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) 2001-2010, bahwa informasi intelijen sangat diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan agar dapat bertindak secara sistematis.

"Informasi Intelijen guna mengetahui siapa kawan, siapa lawan dan bagaimana menghadapinya. Jangan kawan dilabrak sendiri, serta bertindak secara sitesmatis," terangnya.

Informasi yang akurat, lanjut As'ad, adalah laporan informasi yang dilihat, didengar, dan disaksikan sendiri oleh informan tersebut.  "Saat ini lebih trennya yakni informasi A1. Berarti laporan tersebut, dilihat, didengar dan disaksikan sendiri oleh informan jadi bisa dijadikan acuan," pungkasnya.(aan/rd)