Java Jazz Bromo Kembali Digelar, Obat Rindu para Pecinta Wisata

Jazz gunung diharapkan menjadi motor penggerak perekonomian masyarakat di Bromo

Java Jazz Bromo Kembali Digelar, Obat Rindu para Pecinta Wisata
Plh. Sekdaprov Jatim Heru Tjahjono, Ketua panitia Sigit Pramono, dan beberapa opd pemprov saat meninjau event Jazz Gunung. Foto: devi fitri afriyanti/HARIAN BANGSA

Probolinggo, HB.net -  Setelah terhenti akibat pandemi Covid-19, event Jazz Gunung bertajuk Java Jazz Bromo, kembali beraksi dengan protokol kesehatan ketat sebagai percontohan bahwa Jatim siap membangkitkan kembali ekonomi pariwisatanya. Java Jazz Bromo akan digelar Sabtu (25/9/2021) mulai siang sampai pukul 09.00 malam.

Beberapa musisi seperti Tohpati, Dewa Budjana, Fariz RM, Yance Manusama, Surabaya Pahlawan Jazz dan grup dari Jakarta akan tampil. Event tersebut sekaligus menjadi obat rindu para pecinta wisata untuk menikmati suasana di kawasan Gunung Bromo usai diterpa pandemi yang begitu lama.

Plh. Sekdaprov Jatim Heru Tjahjono menjelaskan, digelarnya Jazz Gunung ini menandakan kegiatan ekonomi dan pariwisata Gunung Bromo, resmi dibuka untuk umum. Baik wisatawan lokal atau wisatawan mancanegara. Tetapi, sambung Heru, gelaran jazz di ruang terbuka ini tetap dibarengi prokes sangat ketat.  Bahkan, pengunjung tidak bisa masuk jika belum mendapat gelang khusus dari tim kesehatan Dinkes Jatim yang disiagakan di lokasi acara.

“Pesan Bu Gubernur ojo jumowo. Jangan sombong. Meski pandemi terus menurun tapi kewaspadaan harus dijaga,” tegas Heru saat berkunjung ke kawasan wisata Bromo sambil memantau proses vaksinasi kepada seluruh warga Bromo menggantikan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Jumat (24/9).

Jazz gunung diharapkan menjadi motor penggerak perekonomian masyarakat di Bromo. Artinya, setelah “tertidur” cukup lama maka sudah waktunya ekonomi rakyat di kawasan wisata digerakkan secara maksimal.

“Tolong dicatat, Pemprov Jatim mendukung penuh pelaksanaan jazz gunung ini,” kata Heru meyakinkan.

Ketua panitia Sigit Pramono menjelaskan, untuk konser ini pihaknya tidak menargetkan berapa banyak penonton yang hadir menikmati musik Jazz di kawasan wisata Bromo, tapi yang utama adalah menunjukkan ke khalayak luas bahwa konser musik bisa digelar di masa pandemi Covid-19 tentunya dengan menerapkan prokes ketat.

“Karena ini adalah percontohan bagaimana kita menyelenggarakan konser di saat pandemi,” kata Sigit.

Selain penonton diwajibkan memakai masker dan jaga jarak serta harus tes swab sebelum masuk area konser, pihak panitia juga menyiapkan Prajurit “Mas Ngawi” (Maskeran, Ngadoh, Wijik) yang membantu supervisi protokol kesehatan selama pertunjukkan musik berlangsung.

“Satu Prajurit Mas Ngawi tadi, jadi mereka akan mengingatkan supaya terus pakai masker, jaga jarak dan seterusnya,” tambah Sigit.

Bagi Dewa Budjana beranggapan Jazz Gunung di Jatim ini merupakan embrio untuk semua daerah di Indonesia. Bahwa  disiplin prokes ketat yang diikuti semua pihak baik penonton hingga artis pasti akan jadi hal baik untuk kedepannya.

"Karena benar pak Sigit bilang kita kan tujuannya bukan cari penonton yang banyak, tapi memberi contoh dengan jaga jarak, dengan masker, cuci tangan. Mas Ngawi itu harus dijaga, mudah-mudahan bisa jadi contoh kedepannya,” ucap Budjana. (dev/ns)