Ponpes Attahdzib Jombang Sukses Pijahkan Ikan Bawal

Pondok Pesantren Attahdzib yang berada di Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, sukses melakukan pemijahkan ikan bawal metode campur.

Ponpes Attahdzib Jombang Sukses Pijahkan Ikan Bawal
Kolam ikan bawal Ponpes Attahdzib, di Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. Aan Amrulloh/ HARIAN BANGSA

Jombang, HARIANBANGSA.net - Pondok Pesantren Attahdzib yang berada di Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, sukses melakukan pemijahkan ikan bawal metode campur. Serta menjadi satu-satunya di Indonesia yang berhasil memproduksi secara massal.

"Setahu saya, pemijahan model campur itu se-Indonesia baru sini. Kalau yang lain itu, dengan cara disuntik atau striping," ucap pengurus pesantren Attahdzib, Ibnu Sina, Selasa (18/10).

Diungkapkan Ibnu Sina, pada 2011, dirinya belajar pemijahan dari sejumlah daerah. Di antaranya Pandeglang Banten, Purworejo dan Jogjakarta. Dari sana, ia mengambil indukan bawal untuk dibawa ke pesantren di Jombang.  Ia pun mencoba dengan metode lama yang sudah dilakukan di banyak tempat. Yaitu dengan cara disuntik atau striping lalu dicampur telurnya kemudian dipijahkan.

"Di sini berbeda. Di sini bisa menemukan metode baru, nggak usah di-striping. Langsung dicampur secara alami. Induk betina sama jantan digabung jadi satu tempat. Biasanya kami memadukannya dua jantan dengan satu betina," terang putra pengasuh Pondok Pesantren Attahdzib, KH Ahmad Masruh ini.

Untuk prosesnya, lanjut Sina, selepas Zuhur ia bersama dengan para santri mengambil indukan. Esok paginya, indukan itu dipilih lalu diangkat untuk diambil telurnya. "Lalu kami masukkan ke tempat penetasan itu, ke pemijahan. Setelah telornya menetas, kami tempatkan pada fiber atau tempat untuk penampungan bibit-bibit larva bawal," ujarnya.

Setelah ditunggu selama sekitar 3 hari sampai 1 minggu, dipindah ke tempat yang lebih besar. Pihaknya memindahkannya ke kolam-kolam tanah yang sudah tersedia di pondok pesantren. "Ada juga sebagian dari larva itu dibeli warga sekitar yang minat," ujar Sina.

Setelah dipindah dari tempat penetasan, sekitar 1,5 bulan sudah mencapai ukuran 5 sampai umur 7. Dari situ, disebut Sina, ada yang diambil tengkulak dan sebagian untuk kolam-kolam pembesaran di Pondok. "Pondok ini punya kolam pembesaran, kolam pemijahan juga kolam pembibitan," katanya.

Ponpes Attahdzib memiliki sekitar 6 kolam yang khusus untuk pembesaran ikan bawal. Luas kolam berikut isi bervariasi. Dari mulai setengah hektare hingga satu hektare. Kolam seluas satu hektare diisi 75.000 ikan bawal. Sementara yang setengah hektare hanya diisi 30 ribu sampai 50 ribu ekor ikan bawal.

"Ada sekitar 6 kolam. Ada yang diisi sampai 75 ribu, itu kolam luasnya sekitar 1 hektare. Ada yang setengah hektare Rp 50 ribu, ya kadang Rp 30 ribu. Melihat situasi air saat itu. Kalau yang ukurannya sekitar setengah hektare itu ya ada sekitar 4 kolam," beber Sina.

Pembesaran atau produksi ikan bawal, kata dia, membutuhkan waktu 4- 6 bulan. Namun, pada umur 4 bulan sudah bisa dipilih untuk ikan yang besar. Ketika memasuki umur 6 bulan, semua ikan bawal sudah bisa dipanen. "Jadi dalam waktu 6 bulan itu semua bawal bisa dipanen. Setelahnya itu, kalau kita mau mengisi ikan, maka ambil (bibit) lagi," jelas Sina.

Untuk satu kolam seluas satu hektare berisi 75 ribu ekor menghasilkan sekitar 25 ton ikan dengan berat sekitar 2,5 ons. Adapun biaya operasional pakan ikan sampai panen sekitar Rp 140 juta.

"Kalau harga ikan bagus, bisa dijual dengan harga Rp 16 ribu per kilogram. Tapi rata-rata Rp 12-13 ribu per kilogram. Keuntungan dari penjualan sekitar Rp 180 juta," kata Sina.

Lebih lanjut Sina mengemukakan, penjualan ikan diambil para tengkulak dari berbagai daerah sekitar. Di antaranya Jombang, Kediri, Nganjuk, hingga Pulau Dewata, Bali. "Kalau yang besar-besar itu katanya itu yang suka pesan itu dari Bali. Untuk restoran di Bali gitu," tandas Sina sembari menyebut para tengkulak alumni pesantren setempat.

Semua proses budi daya ikan bawal mulai dari pembibitan hingga pembesaran melibatkan para santri. Kemudian untuk hasilnya juga untuk operasional pondok.

"Kendalanya, biasanya kalau musim panas ikan sering sakit. Soalnya kan antara siang dan malam itu perubahannya ekstrem. Ikan sakit cacar gitu. Mengantisipasi itu biasanya airnya itu alirannya diperbesar. Jadi sirkulasi air itu bagus. Masuknya (air) dan keluarnya air yang ada di dalam besar," pungkasnya.(aan/rd)