RS Bhayangkara Porong Terima Potongan Mutilasi dari Kenjeran

Rumah Sakit Pusdik Bhayangkara Porong, Sidoarjo menerima potongan pinggang hingga kaki dari korban mutilasi yang ditemukan di Kenjeran, Surabaya.

RS Bhayangkara Porong Terima Potongan Mutilasi dari Kenjeran
Potongan tubuh yang dimutilasi ditemukan di Kenjeran, Surabaya.

Sidoarjo, HARIANBANGSA.net - Rumah Sakit Pusdik Bhayangkara Porong, Sidoarjo menerima potongan pinggang hingga kaki dari korban mutilasi yang ditemukan di Kenjeran, Surabaya. Potongan tersebut langsung dilakukan otopsi dan identifikasi forensik.

Saat ditemui Selasa (13/6),  Karumkit Pusdik Bhayangkara Porong AKBP Eko Yunianto mengatakan bahwa pihaknya menerima potongan tubuh tersebut dari RSUD dr. Soetomo pada Senin malam (12/6). "Begitu diterima langsung kami lakukan otopsi oleh Dokpol," tuturnya.

Kendati sudah dilakukan otopsi, pihaknya masih belum bisa memastikan potongan pinggang hingga kaki korban ini masih dalam satu bagian yang sama. "Tapi dari rekonstruksi terhadap potongan tubuh pertama dengan ini memang ada kecocokan," jelasnya.

 Di sisi lain, menurutny,a dari hasil otopsi diperkirakan dari pembusukan waktu kematian kurang lebih empat hari. "Tidak jauh beda dari yang sebelumnya," ucapnya.

Akan tetapi bisa dipastikan bahwa potongan tubuh tersebut merupakan milik laki-laki karena alat kelamin yang masih utuh. Menurut Eko, adapun bagian tubuh yang hilang di kaki korban. "Ada bagian yang hilang adalah bagian telapak atau dipotong dari mata kaki di kedua kakinya," katanya.

Potongan mata kaki itupun terbilang cukup rapi atau hampir sama seperti di pangkal lengan korban. Mengenai apakah potongan tersebut dilakukan setelah mutilasi bagian atas atau bebarengan Eko masih belum bisa memastikan. "Semua kemungkinan itu ada tapi masih perlu pedalaman lagi," ungkapnya.

Menurut perwira berpangkat melati dua itu, panjang pinggang hingga ujung mata kaki yang dipotong memiliki panjang sekitar 90 centimeter. Sedangkan jika dihubungkan, maka perkiraan tinggi badan korban sekitar 170 centimeter bisa terbukti. "Tapi hal tersebut perlu memastikan dulu secara pasti jika satu bagian dari satu individu," ujarnya.

Mengenai apakah ada tindak kekerasan di bagian pinggang hingga kaki, Eko mengungkapkan jika luka memar tidak ada. Tetapi ada semacam luka goresan dari senjata tajam yang berukuran tidak besar di kedua lutut korban.

Luka goresan itu melingkar dari samping dengkul hingga kebelakang dengan kedalaman sekitar setengah sampai satu centimeter. Luka tersebut berbentuk dan memiliki kedalaman goresan yang hampir serupa.

Eko menduga luka goresan tersebut adalah upaya korban utuk membagi bagian bawah tubuh korban menjadi tiga. "Tapi kelihatannya tidak jadi entah itu mau keburu-buru atau bagaimana," tuturnya.

Pihaknya juga masih mendalami mengenai dugaan itu. Hingga kini baru dua potongan tubuh yang ditemukan. Sedangkan sisa empat potongan lagi masih misterius keberadaannya.

Diketahui kemarin ada salah satu orang yang mengaku memiliki saudara yang hilang dengan ciri-ciri mirip dengan korban melapor, juga melakukan tes DNA. Akan tetapi menurut karumkit, karena hubungannya saudara untuk kemiripan DNA cukup minim. "Kemungkinan mirip 50 persen,"ungkapnya.

Menurutnya keakuratan pengecekan DNA akan lebih baik dan pas jika dengan orang tua atau anak kandung. "Kemarin yang melaporkan adalah kakak kandung, jadi cukup sulit," tuturnya.

Eko juga mengimbau agar warga bisa melapor jika ada keluarganya yang hilang sekitar lima hari atau seminggu terakhir.

Sementara itu Kapolresta Sidoarjo Kombespol Kusumo Wahyu Bintoro saat dikonfirmasi mengenai berapa jumlah laporan orang hilang pasca dibukanya pos aduan korban mutilasi masih belum bisa mengungkapkannya.

Kusumo hanya mengatakan bahwa ada beberapa warga yang melaporkan orang hilang. "Sudah ada beberapa yang melaporkan kehilangan keluarga tetapi belum ada yang ciri-cirinya seperti korban," ujar mantan wakapolres Banyuwangi itu.(cat/rd)