Tjetjep, Sang Juara Grand Prix Macau 1970, Dihadiahi Nonton MotoGP Mandalika

Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil-- menuturkan, tiket tersebut sebagai bentuk apresiasi kepada Tjetjep yang pada 1970-an sudah mengharumkan nama Indonesia di ajang balap motor.

Tjetjep, Sang Juara Grand Prix Macau 1970, Dihadiahi Nonton MotoGP Mandalika
Tjetjep Heriyana, Juara Grand Prix Macau 1970 mendapat hadiah tiket nonton MotoGP Mandalika dari Ridwan Kamil. foto : istimewa.

Surabaya, HB.net - Tjetjep Heriyana Pembalap kebanggaan Indonesia asal Jabar mendapat tiket nonton langsung MotoGP di Sirkuit Mandalika, Lombok, dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil-- menuturkan, tiket tersebut sebagai bentuk apresiasi kepada Tjetjep yang pada 1970-an sudah mengharumkan nama Indonesia di ajang balap motor.

“Pak Tjetjep ini orang yang punya minat kuat di bidang otomotif. Prestasi beliau diakui dunia. Jadi, ini bentuk apresiasi dari Pemda Provinsi Jabar untuk beliau yang sudah sangat berjasa membawa nama negara," kata Kang Emil dalam keterangan tertulis, Jumat (18/3/2022).

Hadiah tiket MotoGP Mandalika ini, terasa makin spesial bagi Tjetjep. Sebab pada 26 Maret nanti, warga Cimahi itu memasuki usia 83. Kang Emil berharap Tjetjep berbahagia dengan apresiasi tiket nonton langsung balap motor kelas dunia.

Tjetjep menuju Lombok bersama anak dan cucu, Kamis (17/3/2022). Sebelum berangkat dilakukan pemeriksaan kesehatan. Dokter Ayi Abdul Basith menerangkan kondisi kesehatan Tjetjep baik.

“Dari nadi dan saturasi oksigen normal. Kondisi tubuh, bagian paru dan perut, semua dalam kondisi batas normal dan sudah tidak ada keluhan,” jelasnya.

Tjetjep merasa bahagia dan antusias menyaksikan ajang 'kuda besi' di Mandalika secara langsung. Ia mengucapkan terima kasih kepada Kang Emil.

“Terima kasih banyak Pak Gubernur. Saya enggak bisa ungkapkan apa-apa. Pokoknya saya senang sekali. Karena selama ini hanya bisa melihat MotoGP di TV,” ucapnya.

Kecintaan Tjetjep kepada balap motor muncul sejak usia 13 tahun. Secara otodidak ia belajar banyak hal. Di antaranya sempat ke Jerman dan Italia, guna menambah ilmu tentang mesin motor.  Tjetjep meraih banyak trofi selama berkarir sebagai pembalap motor. Berapa jumlah medali dan trofi yang pernah diraihnya, Tjejep mengaku tidak ingat seratus persen.

“Sekitar 110 medali. Tapi, sekarang cuma ada 10 kalau tidak salah,” sebutnya.

Prestasi tertinggi Tjetjep adalah juara 3 Grand Prix Macau pada 1970. “Dulu saya pernah juara tiga di Macau,” kenangnya.

Empat tahun berselang, Tjetjep terpaksa pensiun dari dunia balap motor. Kecelakaan di GP Batu Tiga, Kuala Lumpur, Malaysia, memastikan kondisi fisiknya tidak dapat lagi beradu cepat di sirkuit.

Meski begitu, Tjetjep tidak pernah meninggalkan dunia balap motor sepenuhnya. Ia masih mengikuti perkembangan dunia balap motor. Mulai dari pembalap yang beradu cepat di MotoGP, perkembangan mesin motor balap, sampai Sirkuit Mandalika.

 “(Sirkuit Mandalika) ini luar biasa. Ini salah satu yang terbagus. Ada laut, ada gunung. Itu jadi antik. Sama kayak Macau,” ucapnya bangga. (mdr/ns)