Bertemu Dubes AS, Mendag Zulhas Pererat Hubungan Ekonomi Kawasan

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menerima kunjungan (courtesy call) Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Sung Kim, Selasa (28/6) di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta.

Bertemu Dubes AS, Mendag Zulhas Pererat Hubungan Ekonomi Kawasan
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menerima kunjungan Duta Besar Amerika Serikat (AS) Jakarta, Sung Kim di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta.

Jakarta, HARIANBANGSA.net – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menerima  kunjungan (courtesy call) Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Sung   Kim, Selasa (28/6) di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta.

Pada pertemuan tersebut, Mendag Zulhas menegaskan, kedua negara sepakat  memperkuat kerja sama perdagangan untuk memulihkan ekonomi pasca pandemic, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi di kawasan Indo-Pasifik.

“Kami mengapresiasi dan menyambut baik upaya AS untuk menjalankan inisiatif  Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity  (IPEF). Hal ini untuk memastikan  pertumbuhan ekonomi  di kawasan Indo-Pasifik yang saling menguntungkan, inklusif dan terbuka,” ujar Mendag Zulhas. 

Mendag Zulhas melanjutkan, setidaknya tiga elemen penting yang menjadi  perhatian Indonesia terkait inisiatif tersebut, yaitu unsur fleksibilitas,arah dan prosedur yang jelas,serta keterbukaan dalam  pembahasan Pilar IPEF.  Selain itu,  skema IPEF harus disinergikan dengan skema  ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) yang lebih dulu ada.

Mendag Zulhas juga menyampaikan, Indonesia dan AS dapat semakin  mempererat hubungan bilateral yang sudah terjalin sejak 73 tahun yang lalu.  Di  antaranya dengan adanya inisiatif Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) yang sudah terbentuk sejak 1996.

“Melalui forum TIFA, kedua negara dapat saling membahas mengenai isu-isu  perdagangan dan investasi, serta berbagai potensi kerja sama.  Diharapkan  pertemuan TIFA tingkat menteri dapat terlaksana,” ungkap Mendag Zulhas.

Terkait  fasilitas Generalized System of Preference  (GSP),  Mendag  Zulhas turut  menyampaikan pentingnya otorisasi pemberlakuan kembali GSP bagi Indonesia. Produk Indonesia yang mayoritas merupakan produk usaha kecil dan menengah (UKM) akan melengkapi kebutuhan industri AS bukan sebagai pesaing. Selain itu, Indonesia siap menjadi pemasok alternatif industri AS dengan kualitas dan  harga  yang  bersaing.

“Oleh karena itu,keputusan dan dukungan Kongres AS untuk segera mengesahkan  kembali pemberian fasilitas GSP untuk Indonesia sangat berperan besar dalam mendorong pembangunan ekonomi kedua negara,” ujar Mendag Zulhas.

Terkait G20, Mendag Zulhas mengapresiasi dukungan AS terhadap Presidensi G20 tahun ini. Mendag Zulhas berharap dukungan AS akan membantu negara anggota G20 untuk menghasilkan capaian-capaian dan agenda prioritas G20 yang bermanfaat.

Dalam  memperkuat kerja sama  perdagangan bilateral, Dubes Kim   menyampaikan perlunya meningkatkan potensi komoditas pertanian antara Indonesia dengan AS. Sampai saat ini baru terealisasi sekitar 30 persen menjadidua kali lipat di tahun mendatang.

“Kami akan berupaya semaksimal mungkin mendorong pelaku usaha untuk memanfaatkan akses produk pertanian di Indonesia yang sudah terbuka dan siap untuk dioptimalkan,” ujar Dubes Kim.

Pada periode Januari—April 2022, total perdagangan Indonesia dan AS tercatat sebesar USD 13,77 miliar, atau naik 26,65 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD 10,87 miliar. Sementara  pada  2021,  total  perdagangan kedua negara tercatat sebesar USD 37,02 miliar, naik siginifikan sebesar 36 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD 27,20miliar.

Pada 2021, ekspor Indonesia ke AS tercatat sebesar USD 25,77 miliar. Sedangkan impor dari AS ke Indonesia tercatat sebesar USD 11,25 miliar.Dengan demikian, Indonesia mencatatkan surplus USD 14,52 miliar. Komoditas ekspor andalan Indonesia ke AS pada 2021 adalah minyak sawit, krustasea hidup, alas kaki dari bahan kulit, krustasea dan moluska, serta furnitur. Sementara impor utama Indonesia dari AS adalah minyak bumi, kedelai, vaksin, residu pembuatan pati, dan tepung. (rd)