Bestprofit Surabaya Yakin Investasi Emas Masih Berkilau

Momen kemilau emas yang terjadi sejak awal tahun 2020 terus bersinar, terutama saat pandemi Covid -19 datang.

Bestprofit Surabaya Yakin Investasi Emas Masih Berkilau
Dari kiri Dirut KBI Fajar Wibhiyadi, Kacab BPF Surabaya Kurniadin, Dirut BBJ Stephanus Paulus Lumintang.

Surabaya, HARIAN BANGSA.net - Momen kemilau emas yang terjadi sejak awal tahun 2020 terus bersinar, terutama saat pandemi Covid -19 datang. Harga emas mulai melompat tinggi di perdagangan awal tahun 2020 menuju level USD 1.576/troy ons. Hal ini setelah Amerika Serikat (AS) dan China menyepakati perjanjian dagang fase satu setelah bersitegang dalam 18 bulan terakhir. Di tambah dengan ketegangan politik Amerika Serikat dengan Iran.

Tak lama kemudian, emas semakin berotot ketika wabah Covid-19 menyebar hampir ke seluruh negara hingga membuat harganya menembus level tertinggi USD 2.074/troy ons pada tanggal 2 Agustus 2020.

Saat ini, pergerakan emas dalam kondisi volatilitas tinggi, artinya naik dan turun secara signifikan. Ancaman resesi ekonomi, dan kepastian finalisasi vaksin menjadi sentimen yang mempengaruhi terkoreksinya harga emas hingga di level kisaran USD 1.900-an/troy ons saat ini.

Pimpinan Cabang PT Best Profit Futures (BPF) Surabaya Kurniadin mengatakan, sepanjang delapan bulan terakhir, total volume transaksi di BPF didominasi oleh kontrak berjangka emas. Jumlahnya mencapai 80 persen dari keseluruhan volume transaksi yang sampai 31 Agustus 2020 sebesar 29.810 lot atau naik 35 persen dibandingkan tahun lalu pada posisi yang sama.

Sementara itu, peningkatan nasabah baru di BPF Surabaya selama 8 bulan terakhir mencapai 149 nasabah, meningkat 119,12 persen.

“Selama pandemi investasi kontrak berjangka emas diminati, karena tren harga yang positif juga instrumen emas cukup awam di kalangan masyarakat,” katanya, Jumat (25/9).

Pria yang akrab disapa Kiki ini menjelaskan, kontrak berjangka emas berbeda dengan investasi emas berwujud logam mulia. Pada kontrak berjangka emas, nasabah menempatkan dananya sebagai margin untuk melakukan trading di pasar berjangka.

“Investasi ini memang bersifat high risk, high return. Karenanya tantangan kami sekarang adalah mengedukasi seluas-luasnya baik kepada masyarakat, para pemangku kepentingan, dan teman-teman media. Langkah edukasi ini sekaligus menepis anggapan miring di industri perdagangan berjangka komoditi (PBK) tentang isu investasi bodong dan sebagai perusahaan penampung dana,” tandasnya.

Sementara, Direktur Utama Jakarta Futures Exchange (Bursa Berjangka Jakarta/ BBJ) Stephanus Paulus Lumintang mengatakan, market saat ini masih terbuka lebar. Ia menunjukkan, di saat pandemi, justru mengalami pertumbuhan.

“Di BBJ ada imbas yang positif dan lumayan. Di Bestprovit saja selama 8 bulan berjalan sudah mengalami pertumbuhan di atas 30 persen disbanding tahun lalu,” ungkapnya.

Sedangkan Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI Persero) Fajar Wibhiyadi menyatakan, edukasi bagi korporasi maupun masyarakat atas PBK  harus terus dilakukan.

“Investasi ini harus dipelajar dulu. Dan ingat, jangan percaya iming-iming yang menyatakan pasti untung. Pelajari dulu dokumen-dokumennya sebelum menjadi investor,” ungkapnya dalam kesempatan yang sama.

Kiki mengungkapkan bahwa investasi PBK di Surabaya sangat potensial. Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, jumlah masyarakat yang berpenghasilan tinggi serta ‘melek’ investasi terus bertumbuh saat ini.

“Kami optimistis hingga akhir tahun target 204 nasabah baru di BPF Surabaya akan tercapai. Terlebih melihat pergerakan momen emas yang masih bergairah hingga akhir tahun. Kami memprediksi, harga emas akan bergerak di level USD 1.900– 2.000/troy ons sampai akhir Desember 2020, dan peluang untuk mendapatkan profit masih tinggi dengan posisi buy ataupun sell,” tukasnya.(rd)