Bupati Hendy Targetkan Jember Bebas Stunting Tahun 2022

Bupati Jember, Hendy Siswanto prihatin, angka stunting di Jember relatif tinggi.

Bupati Hendy Targetkan Jember Bebas Stunting Tahun 2022
Penandatanganan Kerjasama dengan Kemendagri terhadap penurunan jumlah stunting di Kabupaten Jember.

Jember, HB.net -  Ada banyak faktor penyebab terjadinya stunting pada bayi, salah satu pemicunya adalah persoalan ekonomi. Keluarga yang berada pada ekonomi rendah (miskin) rentan mengalami persoalan yang satu ini. Stunting tak lepas dari kecukupan gizi pada ibu hamil (bumil) maupun bayi.

Bupati Jember, Hendy Siswanto prihatin, angka stunting di Jember relatif tinggi. Bupati menyebutkan, hingga saat ini Jember menjadi urutan ke dua tertinggi di Jawa Timur, yakni 11,74 persen setara dua puluh ribu lima ratus enam balita stunting. Bupati menargetkan, tahun 2022 Kabupaten Jember bebas dari persoalan stunting.

Guna menyelesaikan persoalan itu, Pemkab Jember mengambil langkah penanganan kolaborasi dan akselerasi dengan berbagai instansi dan stekholder. Membentuk Forum Rembuk Stunting Tingkat Kabupaten. Anggotanya terdiri OPD terkait, rumah sakit, puskesmas, Camat dan Kepala Desa se Kabupaten Jember. Rembug stunting itu sendiri digelar secara Luring dan Daring dari Pendopo Wahyawibawagraha, Rabu, (22/9).

“Tidak bisa kita pungkiri, persoalan stunting kita terbanyak no dua se Jawa Timur, namun demikian kita tidak boleh pesimis, kita harus optimis dalam menyelesaikan persoalan ini,” ujar Bupati saat membuka Forum Rembuk Stunting Tingkat Kabupaten di Pendopo Jember.

Stunting bukan hanya menjadi tanggung jawab dari Dinas Kesehatan.  Persoalan stunting juga dilatarbelakangi adanya infrastrukur yang tidak memadai.

“Kita harus bersama-sama bertanggung jawab menyelesaikan masalah ini, terutama bagi pemangku kepentingan yaitu Pemerintah Kabupaten Jember beserta seluruh OPD harus ikut andil,” ujar dia.

“Satu contoh, kita memang menyadari kondisi geografis daerah kita sangat berbeda dengan daerah-daerah lain. Kita punyak banyak pengunungan, danau, laut semua ada di sini. Artinya itu juga menjadi penunjang terjadinya persoalan stunting karena akses yang tidak memadai juga kadang menyebabkan orang enggan ke rumah sakit atau puskesmas, maka ini harus ditangani secara bersama-sama,” kata orang nomor satu di kota pandalungan itu.

Dengan adanya forum tersebut, Hendy berharap dapat melakukan langkah-langkah percepatan penanganan stunting di Jember. 

“Caranya dengan pola pendampingan kepada para Bumil yang akan dilakukan Posyandu dan Puskemas-puskesmas khusus bagi Bumil yang usianya kandungannya mulai dari enam bukan sampai dengan 24 bulan termasuk pada anak yang sudah mengalami stunting akan dilakukan treatmen,” ujar Bupati.

Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Jember Dwi Handarisasi yang juga sebagai ketua pelaksana pada acara tersebut menjelaskan, total sasaran yang akan didampingi ada sekitar seratus tujuh puluh empat ribu.  Menurut dia pola penanganan pada usia lebih dari 24 bulan dampak daru penangananya tidak dapat optimal dibanding masih usia dari kandungan usia pertama (0).

“Dari usia kandungan 0 lebih mudah penangananya dari pada yang sudah melewati usia 24 bulan masa kandungan. Sehingha kita mencegahnya dari seribu HPK (mulai dari hari pertama hamil) harus ditangani sehingga Bumil tersebut tidak sampai melahirkan balita yang stunting,” jelas dia.“Kalau suda terjadi, (lahir dengan kondisi stunting) maka yang harus dilakukan dari usia 0 sampai enam bulan harus dikasih ASI secara ekslusif. Untuk di usia enam sampai 24 bulan itu juga masih bisa diatasi dengan cara pemberian gizi yang cukup,” pungkas dia. (yud/eko/ns)