Direktur PTPN XI Kunjungi Kebun Tebu HGU

Memastikan kecukupan dan kualitas bahan baku tebu, Direktur PTPN XI Dwi Satriyo Annurogo melakukan kunjungan kebun, khususnya HGU yang dimiliki Pabrik Gula Semboro dan Djatiroto Kamis (9/7) dan Jumat (10/7).

Direktur PTPN XI Kunjungi Kebun Tebu HGU
Direktur PTPN XI Dwi Satriyo Annurogo saat melakukan kunjungan kebun.

Surabaya, HARIAN BANGSA.net - Memastikan kecukupan dan kualitas bahan baku tebu, Direktur PTPN XI Dwi Satriyo Annurogo melakukan kunjungan kebun, khususnya HGU yang dimiliki Pabrik Gula Semboro dan Djatiroto Kamis (9/7) dan Jumat (10/7).

"Setelah melihat langsung HGU Jolondoro dan HGU SPADA yang dikelola PG Semboro serta HGU di PG Djatiroto, kami yakin kualitas dan produktivitas lahan masih prima baik untuk giling saat ini maupun persiapan tahun giling 2020-2021 nanti" terang Dwi Satriyo Annurogo, disela-sela kunjungannya Jumat (9/7).

Dalam kunjungan kali ini, Dwi memastikan bahan baku yang berasal dari HGU lebih terjamin kualitasnya, yakni masak (maturity) dan segar.

"BBT yang berasal dari HGU berasal dalam kontrol penuh, penataan varietas hingga pengelolaan tebang muat angkut tergantung kita, sehingga hasilnya pun seharusnya terjaga,” ujarnya.

Kualitas tebangan yang memenuhi unsur MBS, yakni manis bersih dan segar sudah menjadi brand-nya. “Ayo jadikan HGU sebagai etalase PTPN XI, sehingga bukan hanya menjadi teladan bagi petani dalam pengelolaan lahan tetapi juga bisa mendukung pencapaian produksi " terangnya.

Selanjutnya Dwi menekankan pada penanganan pasca tebang, yakni kegiatan muat dan angkut hingga proses giling, tidak memerlukan waktu panjang sehingga tidak merusak potensi rendemen tebu tersebut.

General Manajer PG Djatiroto Kristanto menambahkan, saat ini sudah ada empat kebun yang sudah ditebang dengan protas 200 ton per hektarenya. Di antaranya afdeling Dawuhan dan Genitri Lor.

Pemenuhan unsur hara yang diperlukan oleh tebu menjadi perhatian direktur PTPN XI dalam kunjungan tersebut. Beberapa lahan di Semboro dan Djatiroto menggunakan metode mekanisasi dalam pengolahan lahannya.

"Hara dalam tanah harus kita jaga melalui pemupukan yang terkontrol serta pengelolaan kebun harus sesuai dengan dengan kebutuhan tanaman tebu sehingga protasnya baik,” jelas Dwi.

Tentunya ada peran Puslit dalam pemberian rekomendasi pemupukan sesuai analisa tanah dan rekom varietas sesuai peta kesesuaian varietas. Implementasinya di lapangan dikawal QA (Quality Asurance) on farm. Beberapa kebun untuk tahun giling 2019-2020 yang sudah ditebang tempo hari dilaporkan protas mencapai 200 ton per hectare. Hal ini akan ditularkan ke kebun lainnya.

Pihaknya menggunakan traktor yang dimodifikasi dengan Subsoiler Fertilizer Aplication (Sufa) serta drone yang dikendalikan dari darat untuk melakukan pemupukan di hamparan lahan HGU.(mid/rd)