Jatim Agro, Jadikan Jawa Timur Lumbung Pangan Nasional

Jatim Agro, Jadikan Jawa Timur Lumbung Pangan Nasional

SURABAYA, HARIAN BANGSA - Jatim Agro menjadi salah satu program unggulan dari sembilan program yang dituangkan lewat Nawa Bhakti Satya Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa bersama Wagub Emil Elestianto Dardak. Program yang digagas kedua pemimpin Jatim itu merupakan program khusus untuk memajukan sektor pertanian, peternakan, perikanan darat dan laut, kehutanan, perkebunan yang diharapkan dapat menyejahterakan para petani dan nelayan di Jatim.

Terbukti, di sektor pertanian menurut data BPS per November 2019 menyumbang urutan ketiga terbesar yakni 12,19 % dari total PDRB Jatim per triwulan III-2019 yang mencapai Rp 1.753,77 triliun. Posisi tersebut dibawah sektor industri dan perdagangan.

Jawa Timur memiliki potensi luar biasa di bidang pangan. Berkat potensi tersebut, Jatim dikenal sebagai lumbung pangan nasional. Provinsi Jatim mampu menyokong kebutuhan logistik untuk 16 provinsi lain di Indonesia. Tidak berlebihan bila Jatim dianggap sebagai tulang punggung logistik di Indonesia.

Produksi daging sapi sendiri menyumbang 20 % kebutuhan daging sapi nasional atau sekitar 575.577 ton daging sapi, sehingga surplus 374.389 ton. Sedang untuk produksi susu sapi mencapai 57 % atau 543.549 ton. Apalagi populasi ayam di Jatim saat ini mencapai angka 28 % atau 50.539.430 ekor dari populasi ayam nasional, dan produksi telur ayam Jatim berhasil menembus 29 % atau mencapai 520.984 ton.

Demi menjaga dan  meningkatkan sektor peternakan, Pemprov Jatim melalui kebijakan Gubernur Khofifah dan Wagub Emil Dardak menjalankan program inseminasi buatan sejuta lebih anakan sapi (Intan Selaksa). Bahkan, Gubernur Khofifah terus bertekad mewujudkan Indonesia Swasembada Daging hingga 2024.

“Hal yang menjadi daya ungkitnya adalah Balai Besar Inseminasi Buatan. Kita memiliki para petugas pemeriksa kebuntingan, petugas inseminasi buatan. Optimalisasi pelayanan inseminasi buatan inilah yang di BBIB punya kemampuan produksi 4,3 juta semen beku. Dari 4,3 juta yang terpakai di Jatim sebanyak 1,7 juta. Tentu harapan kita provinsi lain bisa bersama-sama melakukan bagaimana target swasembada daging bisa kita wujudkan di Indonesia,”ujar Gubernur.

Sektor pertanian, akhir 2019, ketersediaan beras mengalami surplus sebesar 3.727.959 ton, jagung 5.885.225 ton, dan gula 862.621 ton. Secara keseluruhan, di bidang pertanian, Jatim menjadi pusat produksi selain kedelai dan bawang putih.

Tahun 2020 ini, Jatim menentukan beberapa target yang dilakukan diantaranya pengembangan padi sebanyak 10.963.922 ton, jagung 6.807.711 ton, kedelai 254.317 ton dan bawang merah 324.049 ton.

Untuk menghindari agar para petani tidak mengalami kerugian akibat bencana alam dan hama, maka sawah milik para petani seluas 300 ribu ha, Pemprov Jatim mendaftarkan dalam asuransi pertanian. Pemprov Jatim juga merehab jaringan irigasi tersier (RJT) yang didanai lewat APBN dan APBD.

Bahkan, Pemprov Jatim mendorong pemerintah pusat melalui APBN memberikan asuransi pertanian dengan target 300 ribu hektar, embung pertanian dengan target 27 unit, rehab jaringan irigiasi tersier (RJIT) sebanyak 5 unit dan 8.500 unit hektare (APBD), irigasi perpompaan (107 unit), serta irigasi perpipaan (11 unit).

Di sisi lain, komoditas ekspor asal tumbuhan didominasi oleh Crude Palm Oil (CPO), kopi, lada, tembakau, cengkeh dan kakao. Sedangkan komoditas hewan dan produk hewan didominasi oleh Sarang Burung Walet (SBW), susu dan produk olahannya, bulu dan produk olahannya, dried specimens, domba potong, ular jali, pakan hewan ternak, kulit kadi, premix, dan serangga hidup.

Sepanjang tri semester pertama 2019, Pemprov Jatim telah menerbitkan 9.468 sertifikat kesehatan karantina terdiri dari 8.339 Phytosanitary Certificate (PC) ke 93 negara dan 1.129 Health Certificate (HC) ke 39 negara. Masing-masing dengan total ekspor senilai Rp. 10,8 triliun terdiri dari komoditas tumbuhan menyumbang Rp. 8,95 triliun, hewan dan produk hewan Rp. 1,88 triliun.

 

Sektor Kelautan dan Perikanan

Sepanjang 2019, kinerja sektor kelautan dan perikanan berhasil mencapai beberapa kemajuan. Diantaranya luas rehabilitasi ekosistem mangrove seluas 175 Ha, rehabilitasi ekosistem terumbu karang seluas 18 Ha. Sedangkan nilai tambah produk hasil kelautan dan perikanan mampu menembus Rp. 10,7 triliun, produksi garam rakyat mencapai 1.314.181 ton, perikanan budidaya 1.194.149 ton, dan produksi ikan tangkapan mencapai 430.000 ton.

Untuk meningkatkan perikanan budidaya, Pemprov Jatim mampu melakukan beberapa hal, termasuk dalam program pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) sektor perikanan. Program berbasis budidaya tersebut meliputi produksi perikanan, produksi benih ikan, pakan mandiri, sertifikasi CBIB/CPIB, budidaya laut offshore dan submersible, monitoring HPI, residu dan lingkungan, serta bantuan sarana prasarana perikanan.

Target perikanan budidaya di Jatim hingga empat tahun mendatang menargetkan 1.262.246,2 ton pada 2020, 1.287.491,1 ton (2021),  1.313.240,92 ton (2022), dan 1.339.505,74 ton (2023).

Sementara di 2020 ini,  Pemprov Jatim tengah memprioritaskan pada pembangunan dan rehabilitasi prasarana perikanan (pelabuhan perikanan), underwater restocking, dan peningkatan higienitas pelabuhan. (hms/rif)