Kantor MUI Jatim Barometer Keagamaan

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur menggelar tasyakuran dan peresmian kantor baru bersama gubernur Jawa Timur, Selasa (21/11) malam.

Kantor MUI Jatim Barometer Keagamaan
Ketua Umum MUI Jawa Timur KH Mohammad Hasan Mutawakkil Alallah.

Surabaya, HARIANBANGSA.net - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur menggelar tasyakuran dan peresmian kantor baru bersama gubernur Jawa Timur, Selasa (21/11) malam. Gedung yang menjadi simbol keagamaan itu berlokasi di Jalan Wisma Pagesangan, Surabaya.

Ketua Umum MUI Jawa Timur KH Mohammad Hasan Mutawakkil Alallah mengatakan, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa telah memberikan pelajaran kepada bahwa niat yang baik jika dilanjutkan dengan kebijakan yang baik akan menjadi kemuliaan. Apalagi jika dilakukan oleh pemimpin umat dan pemerintah.

"Kita menjadi saksi Ibu Gubernur serius memikirkan perjuangan ulama khususnya di Jawa Timur. Ini merupakan tindakan yang amat mulia serta strategis. Karena kita tahu mayoritas di Jawa Timur dan Indonesia adalah umat Islam, maka kualitas bangsa ini tergantung bagaimana kualitas umat Islam,” kata Kiai Mutawakkil dalam keterangannya.

Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo ini menyampaikan pandangannya bahwa pada saat pimpinan memiliki komitmen keumatan maka penciptaan masyarakat publik akan cepat terlaksana. Dan jika pemimpin memperhatikan perjuangan ulama maka kemaslahatan publik akan ringan terlaksana.

“Kami merasakan dua komitmen ini di Jawa Timur. Malam ini dengan kebijakan gubernur kita menyaksikan peresmian kantor MUI yang menjadi catatan sejarah sepanjang perjalanan Pemprov Jawa Timur,” terangnya.

Kiai Mutawakkil berpesan agar ulama dan umara terus menanamkan nilai-nilai agama kepada semua lapisan masyarakat. Ini sebagai tuntunan kehidupan di tengah transformasi sosial atau perubahan multisektor akibat globalisasi dan kemajuan iptek. “Jangan sampai kita dan generasi muda menjauh dari nilai agama. Apalagi tidak mengenal agama akibat globalisasi kemajuan iptek, media sosial, dan pergaulan,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan bahwa MUI adalah sarana dan medan dakwah. Maka agar dakwah ini sukses harus merangkul bukan memukul apalagi mencangkul, harus mendidik bukan menghardik apalagi membidik, harus membina bukan mencerca.

“Itulah akhlak dakwah ulama-ulama nusantara. Dan kita di MUI harus mendahulukan akhlaq para ulama. Berilah pemerintah masukan bukan cercaan dan kemarahan, berilah aparat keamanan arahan bukan cacian, berilah umat nasehat bukan kontroversi tanpa manfaat,” terangnya.(mdr/rd)