Lestarikan Budaya di Surabaya, Pimpinan DPRD Apresiasi Pencantuman Aksara Jawa di Tiap OPD

Wakil Ketua DPRD Surabaya, AH Thony mengatakan, pencantuman Aksara Jawa yang dimulai di Balai Kota Surabaya diharapkan diikuti di masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD) pemerintah kota setempat.

Lestarikan Budaya di Surabaya, Pimpinan DPRD Apresiasi Pencantuman Aksara Jawa di Tiap OPD
Wakil Ketua DPRD Surabaya, AH Thony

Surabaya, HB.net - Pimpinan DPRD Kota Surabaya mengapresiasi upaya Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi yang mencantumkan aksara Jawa di papapn nama Balai Kota Surabaya. Wakil Ketua DPRD Surabaya, AH Thony mengatakan, pencantuman Aksara Jawa yang dimulai di Balai Kota Surabaya diharapkan diikuti di masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD) pemerintah kota setempat.

Dia mengatakan, sangat mengapresiasi upaya Wali Kota Surabaya menggunakan huruf latin yang dilengkapi dengan Aksara Jawa itu bagian dari salah satu upaya untuk melestarikan budaya di lingkungan Pemkot Surabaya.

Untuk itu, ia berharap agar pencantuman Aksara bisa diikuti di tiap-tiap OPD hingga instansi pemerintahan yang ada di Surabaya. Bahkan di sekolah-sekolah mula jenjang SD, SMP hingga SMA juga mencantumkan Aksara Jawa.

Menurutnya, seluruh aksara Nusantara, khususnya Aksara Jawa harus lebih dikenal dan dilestarikan seluruh masyarakat Indonesia.

Untuk itu, kata Thony, para pegiat budaya telah menggelar sarasehan dan pameran bertema "Membingkai Aksara Nusantara dan Dunia", di Balai Pemuda Kota Surabaya akhir September lalu.

Sarasehan dan pameran tersebut melibatkan DPRD Kota Surabaya, pegiat sejarah komunitas Begandring Soerabaia, Balai Bahasa Jawa Timur, Balai Pelestarian Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya, Museum Mpu Tantular, hingga Museum Online Wilaktikta.

Kegiatan ini akan menampilkan aksara nusantara mulai dari Jawa, Kawi, Bali, dan sebagainya. Dari Nusantara itu, ada Jawa, Batak, ada Bali, Sumba dan lainnya. Aksara Jawa, dalam acara tersebut lebih ditonjolkan dengan alasan untuk menumbuhkan identitas sebagai orang Jawa.

Selain itu, sebagian besar masyarakat Jawa kini tidak memahami pentingnya melestarikan aksara. Thony menuturkan, para leluhur di Jawa memiliki teknologi tradisional tetapi lebih maju dari kondisi sekarang. Seperti halnya tertuang berbagai artefek, tertuang di berbagai manuskrip.

Sebelumnya, awal bulan lalu dalam memperingati hari aksara internasional, AH Thony mendorong agar aksara Jawa atau yang lebih dikenal Hanacaraka dapat dikenalkan kembali ke masyarakat. Sebab menurutnya, aksara jawa sudah terasa asing saat ini dibandingkan bahasa asing.

Pernyataan itu ia sampaikan ketika dirinya bersama dengan pegiat sejarah dan budaya dari komunitas Begandring Nanang Purwono, Konsulat Jepang Ishii Yutaka, serta perwakilan dari Balai Bahasa Jawa Timur, dan Jerman berdiskusi membahas strategi aksara Jawa, di Historica, Surabaya.

"Jadi kami lakukan diskusi dan sekaligus studi komparasi mengapa aksara kanji, hiragana serta katakana bisa lestari sampai saat ini di Jepang? Sehingga kami mencoba ingin mengadopsi kemajuan kebudayaan aksara di sana (Jepang) melalui proses edukasi ke masyarakat," kata Thony.

Aksara Jawa bakal dipajang di lingkungan Balai Kota Surabaya.

Dirinya merujuk ke Negeri Sakura tersebut yang secara turun menurun sampai era modern bisa melestarikan bahasa dan aksaranya seperti kanji, hiragana dan katakana.

Dari diskusi tersebut, politisi dari Partai Gerindra itu, mengaku ada strategi yang paling efektif untuk memulai membangkitkan aksara Jawa di Jawa Timur, yakni dengan metode enskripsi. Menurutnya istilah dan kalimat yang sering digunakan secara umum, tidak mesti hanya ditulis dengan huruf latin atau huruf kapital saja, namun juga disandingkan aksara Jawa.

"Dari Balai Bahasa Jawa Timur merespons bagus, bahkan ada keinginan memfasilitasi tentang strategi kemajuan kebudayaan dengan pengenalan aksara kepada masyarakat dan pendekatan yang pas, saya rasa akan lebih baik," ungkapnya

Dia berharap bisa menyandingkan aksara daerah Jawa dengan aksara internasional. Dengan begitu Hanacaraka lebih naik kelas dan tidak lagi dikenal di lingkungan tapi di mata dunia.

Thony juga mengusulkan pengenalan aksara jawa pertama kali dilakukan di lingkungan Gubernur dan Gedung Istana Grahadi supaya dapat menjadi contoh bagi daerah lain sampai tingkat desa.

Menurutnya menjadi startegi untuk memajukan aksara Jawa dan lebih dikenal di masyarakat. Ia juga mendorong keluarnya SK Gubernur agar kepala daerah dan seluruh jajaran dibawah untuk melakukan hal serupa.

Sementara Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi telah meminta kepada Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Surabaya untuk menyiapkan penulisan aksara Jawa di setiap kantor OPD. Ia memastikan, penulisan aksara Jawa itu sudah harus terpasang sebelum 10 November 2023.

Dia mengatakan pemasangan aksara Jawa ini sudah dimulai dari lingkungan Balai Kota Surabaya dan selanjutnya dilakukan di setiap pintu-pintu masuk Pemkot Surabaya. (lan/ns)