Ning Ita Mendongeng Asal Muasal Majapahit di Hadapan Siswa

"Hingga suatu hari, Raden Wijaya menyampaikan keinginannya meminta lahan di hutan Tarik yang ada di wilayah Kediri"

Ning Ita Mendongeng Asal Muasal Majapahit di Hadapan Siswa
Ning Ita mendongengkan asal muasal berdirinya Kerajaan Majapahit di hadapan pelajar dan OPD.

Mojokerto, HARIAN BANGSA.net - "Hingga suatu hari, Raden Wijaya menyampaikan keinginannya meminta lahan di hutan Tarik yang ada di wilayah Kediri. Hutan yang semula dipenuhi dengan tumbuhan, kini berubah menjadi pemukiman penduduk.”

“Suatu ketika, seorang yang semangat bekerja merasakan kehausan. Dia memetik dan memakan buah yang serupa dengan jeruk tapi kulitnya lebih halus. Rupanya, buah yang pahit ini bernama Maja. Sejak saat itu, Raden Wijaya menamakan wilayah Tarik sebagai Majapahit"

Begitulah sekelumit cerita asal muasal Majapahit yang dibawakan oleh Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari di hadapan para siswa, guru, Dewan Kebudayaan Daerah (DKD) Kota Mojokerto dan kepala organisasi perangkat daerah (OPD). Pembacaan dongeng ini dalam rangka Peringatan Hari Dongeng Internasional, di Pendapa Rumah Rakyat, Jumat (19/3).

Pagi itu, anak-anak sekolah dasar yang masih lengkap mengenakan seragam Pramuka, datang secara berkelompok untuk menghadiri pagelaran seni budaya yang diselenggarakan oleh Dewan Kebudayaan Daerah (DKD) Kota Mojokerto. Mereka tampak duduk manis, mengikuti arahan dari para guru pendamping. Raut wajah antusias, nampak jelas dari wajah-wajah mereka yang ingin segera mendengarkan cerita rakyat dari para pendongeng.

Benar saja, anak-anak ini begitu bahagia ketika mendapatkan instruksi langsung dari wali kota perempuan pertama di Mojokerto, untuk mendekat di panggung. Merekapun, duduk melingkar tanpa mengurangi aturan dari protokol kesehatan Covid-19. Jaga jarak dan memakai masker.

Dengan penuh semangat, para siswa SD dari beberapa sekolah di Kota Mojokerto ini tampak serius mendengarkan cerita rakyat yang dibawakan langsung oleh Ning Ita.

Dan benar saja, sesekali Ning Ita melemparkan pertanyaan. Mereka pun dengan sigap menjawab. Suasana yang begitu meriah pada Peringatan Hari Dongeng Internasional ini, membawa kebahagiaan tersendiri bagi siswa SD yang selama ini telah menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat pandemi Covid-19. Puncaknya, Ning Ita memberikan hadiah kepada mereka yang mampu menjawab pertanyaan yang diberikan.

Peringatan Hari Dongeng di Kota Mojokerto tahun ini sedikit berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Mengusung konsep pagelaran seni budaya, para pendongeng dari kalangan pelajar hingga guru, turut meramaikan Peringatan Hari Dongeng Internasional 2021 dengan berbagai cerita-cerita rakyat maupun fiksi yang menarik.

Lengkap dengan atribut dan alat peraga pendukung, mereka yang tampil pada parade dongeng berhasil mencuri perhatian Ning Ita dan para tamu undangan. Baik secara langsung maupun daring.

"Dongeng itu kan bagian dari kebudayaan yang saat ini sedikit terdegradasi. Artinya, dengan momen ini, kita mengingatkan kembali bahwa dongeng itu masih layak, masih memiliki nilai untuk terus kita budayakan di era kekinian,” ungkap Ning Ita.

Meskipun dengan metode yang berbeda. Apapun metodenya, apakah dengan cara yang konvensional atau menggunakan teknologi informasi, yang penting substansi dari dongeng itu adalah menyampaikan pesan-pesan moral kepada anak-anak melalui sebuah cerita. “Karena, pesan-pesan moral itu akan tertanam lebih kuat dalam pikiran mereka," imbuh Ning Ita.

Pada kesempatan ini pula, Ning Ita juga memberikan apresiasi berupa penghargaan kepada keluarga almarhum tokoh penulis cerita dongeng Kota Mojokerto. Penghargaan tersebut, diberikan kepada perwakilan keluarga almarhumah Ismaniasita dan almarhum Trio F. Rony.

Berkat cerita dongeng Kota Mojokerto yang ditulis oleh keduanya, anak-anak generasi saat ini bisa mengetahui cerita budaya  yang selama ini belum pernah diketahui.(ADV/ris/rd)