Program Electrifying Agriculture PLN Tumbuh 22 Persen

Program Electrifying Agriculture (EA) semakin diminati para pelaku usaha di bidang pertanian, perkebunan, dan peternakan.

Program Electrifying Agriculture PLN Tumbuh 22 Persen
Usaha budi daya ayam PT Niki Tunggal di Lumajang merasakan produktivitas meningkat hingga 20 persen.

Jakarta, HARIANBANGSA.net - Program Electrifying Agriculture (EA) semakin diminati para pelaku usaha di bidang pertanian, perkebunan, dan peternakan. Hingga triwulan III 2023, jumlah pelanggan EA telah mencapai 230.555 pelanggan, atau tumbuh sebesar 22 persen dibandingkan triwulan III 2022 yang sebesar 188.963 pelanggan.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, program EA adalah bentuk komitmen PLN dalam mendorong para pelaku usaha di bidang agrikultur menjadi lebih maju dan modern. Program EA membantu peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya operasional para pelaku usaha sektor tersebut.

“Lewat Program EA ini, para petani dan pelaku usaha di sektor pertanian bisa beralih menggunakan listrik agar lebih murah dan produktif. Selain itu, juga listrik lebih rendah emisi dibanding BBM, sehingga lebih ramah lingkungan,” ujar Darmawan.

Dari total daya tersambung pelanggan EA, hingga triwulan III 2023 telah mencapai 3.561 Mega Volt Ampere (MVA), meningkat 14 persen dibanding triwulan III 2022. Sementara dari total konsumsi listrik, program EA juga mengalami peningkatan. Hingga triwulan III 2023, total konsumsi mencapai 4,1 Terra Watt hour (TWh), atau meningkat 8,5 persen dibanding triwulan III 2022.

"Kami gembira, inovasi program yang PLN tawarkan terus diminati masyarakat. Di sini PLN tidak hanya sekedar menerangi, tetapi juga mampu menggerakkan roda perekonomian dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat,” kata Darmawan.

Program EA yang diinisiasi PLN berhasil menekan biaya produksi petani jeruk di Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik. Para petani memanfaatkan program EA dengan beralih dari BBM ke listrik PLN untuk pengairan. Hasilnya mampu menekan biaya produksi sekitar 30 persen yang berasal dari penghematan biaya BBM untuk penggunaan genset.

Happy Syaifullah, petani jeruk di Desa Bolo, Kabupaten Gresik ini menuturkan pengalamannya ketika beralih ke listrik PLN.  “Peralihan bahan bakar diesel ke listrik cukup efektif dalam menekan biaya produksi. Sehari pakai pompa air dengan diesel memerlukan 10 liter BBM mengeluarkan Rp 68.000. Sementara untuk listrik hanya memerlukan 20 kWh per hari atau sekitar Rp 20.000 saja,” jelas Happy.

Dirinya juga menjelaskan, sebelum pakai listrik PLN, panennya hanya menghasilkan 2 ton per hektare setiap bulan. Sementara setelah menggunakan listrik PLN, panennya meningkat menjadi 5 ton per hektare setiap bulan.  

“Dengan pengairan kebun yang lancar dan mudah membuat pohon tumbuh sehat dan menghasilkan buah yang melimpah. Saat ini kami bisa memanen 200 ton jeruk setiap bulan untuk luas lahan 40 hektare,” kata Happy

Hal serupa diungkapkan oleh Manager Produksi PT Niki Tunggal di Kabupaten Lumajang Didik yang merasakan produktivitas budi daya ayam meningkat hingga 20 persen dan dapat menghemat biaya produksi dengan menggunakan listrik PLN. Untuk 1.000 ekor ayam petelur setelah 12 minggu pemeliharaan dalam kandang listrik bisa menghasilkan 10.000 telur, dari sebelum menggunakan listrik PLN hanya menghasilkan 8.000 telur. (mid/rd)