Tasyakuran Akbar Khataman Alquran yang Diadakan PMTL JTQ Jatim Berlangsung Meriah

Tasyakuran Akbar Khataman Alquran berbagai riwayat, yang digelar di Masjid Hidayatullah, Jalan Raya Kandangan No. 21 Surabaya, Sabtu (28/12) malam, berjalan sukses dan meriah.

Tasyakuran Akbar Khataman Alquran yang Diadakan PMTL JTQ Jatim Berlangsung Meriah
Pembina PMTL sekaligus Ketua JTQ Jatim H Choirul Anam Djabar menyerahkan ijazah Sanad Alquran.

Surabaya, HARIANBANGSA.net – Tasyakuran Akbar Khataman Alquran berbagai riwayat, yang digelar di Masjid Hidayatullah, Jalan Raya Kandangan No. 21 Surabaya, Sabtu (28/12) malam, berjalan sukses dan meriah.

Berbagai elemen masyarat hadir yang diwakili oleh undangan VIP. Mereka di antaranya dari Jam’iyatul Qurra wal Huffadz, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU), Forum Musyawarah Kiai Kampung Nusantara Surabaya (FMKKNS), Forum Komunikasi Pendidikan Al-Qur’an Indonesia (FKPQI), dan lain-lain.

Seperti diberitakan sebelumnya, Program Murattal Tujuh Lagu (PMTL) Jam’iyuah Tilawatil Qur’an (JTQ) Provinsi Jatim menyelenggarakan acara sebagaimana tersebut di atas. Pembina PMTL sekaligus Ketua JTQ Jatim Choirul Anam Djabar, menjelaskan, ada delapan orang yang akan melaksanakan tasyakuran Khataman Alquran tersebut.

Masing-masing Sugiyono, Suwito, Rifa’i, Kholilah, Sri Wahyuni, dan Sumarti (Jamak Riwayat Syu’bah dan Hafsh Imam Ashim). Sedangkan M. Junaidi (Riwayat Qalun Imam Nafi’) dan Nor Azizah (Riwayat Warsy Imam Nafi’).

“Para pengkhatam Alquran tersebut, semuanya telah mengkhatamkan atau menyetorkan bacaan 30 juz kepada kami. Baik secara langsung maupun online, yakni melalui Voice Note WA, Google Meet, Zoom, maupun live bersama Youtube,” kata Abah Anam, sapaan akrab Choirul Anam Djabar didampingi perwakilan pengkhatam Alquran Moh. Junaidi.

Abah Anam menjelaskan, para pengkhatam Alquran tersebut, semua melalui tahapan-tahapan sebelumnya. Di antaranya, mereka wajib setor surat-surat pendek terlebih dahulu, mulai dari Al-Fatihah, An-Naas, Al-Falaq, Al-Ikhlas, dan seterusnya sampai Adh-Dhuha.

Setelah itu, lanjut dia, mereka juga diwajibkan melalui tahapan setoran buku Kembali ke Al-Baghdadi Menuju Murattal Tujuh Lagu. “Buku yang kami susun ini sebenarnya mengutip dari kitab Al-Baghdadi. Metode membaca Alquran yang dulu dikenal dengan ‘Turutan’, yang saat ini banyak dilupakan orang seiring munculnya metode-metode baru,” tutur Abah.

Buku tersebut, lanjut Abah, tidak semuanya mengutip dari Al-Baghdadi, akan tetapi sudah dikombinasikan dengan sumber-sumber lain, dan semuanya menjadi 18 pelajaran. Setelah menyelesaikan 18 pelajaran tersebut, para peserta diharapkan bisa menghafalkan surat-surat pendek. Mulai dari Surat Al-Fatihah, An-Naas, Al-Falaq, dan seterusnya sampai Adh-Dhuha. “Setelah itu, ada bacaan Surat Yasin. Karena Surat Yasin sering digunakan di masyarakat,” ujar Abah Anam.

Setelah menyelesaikan Surat Yasin, masih kata Abah Anam, para pembaca atau peserta diarahkan untuk mempelajari tujuh lagu Alquran yang sudah disepakati oleh ulama qurra. Yakni lagu Bayyati, Hijaz, Shaba, Rast, Jiharkah, Sika, dan Nahawand.

Setelah mengkhatamkan Al-Baghdadi, baru para peserta PMTL mengaji mulai Surat Al-Baqarah. Mereka diharapkan sudah bisa menerapkan ketujuh lagu tersebut kepada ayat-ayat yang lain. “Sehingga setiap pertemuan, mereka ganti lagu,” tandas Abah Anam.

Sementara itu, Abah Anam juga menjelaskan, ketika sampai pada Alquran, para peserta PMTL langsung diarahkan ke riwayat lain selain Riwayat Hafsh yang sudah biasa  dipakai. Seperti Riwayat Syu’bah, Qalun, Warsy, dan sebagainya.

Abah Anam juga menjelaskan, selain mengaji Alquran, para peserta juga diajak bersama-sama mempelajari kitab tajwid, masing-masing Hidayatush-Shibyan, Tuhfatul Athfal, Jazariyah, dan Asy-Syatibiyah. Semua kitab tersebut berbentuk nadhaman (syair) dengan menggunakan lagu yang lain setiap kitabnya.

“Kitab Hidayatush-Shibyan dan Tuhfatul Athfal fokus membahas hukum nun sukun dan tanwin bertemu dengan huruf hijaiyah, mim sukun bertemu dengan huruf hijaiyah, hukum mad (panjang-pendek) dan lain-lain. Sementara kitab Jazariyah lebih fokus pada pembahasan makharijul huruf dan sifatul huruf. Dan kitab Syatibiyah membahas soal Riwayat.” jelas Abah Anam.(rd)