BBWS Brantas Kesulitan Pendanaan Atasi Banjir di Surabaya

Pemkot Surabaya berkomitmen menyelesaikan permasalahan banjir di sejumlah titik, khususnya yang terjadi di kali perbatasan.

BBWS Brantas Kesulitan Pendanaan Atasi Banjir di Surabaya
Pertemuan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama Kepala BBWS Brantas Hendra Ahyadi di ruang kerja wali kota.

Surabaya, HARIANBANGSA.net - Pemkot Surabaya berkomitmen menyelesaikan permasalahan banjir di sejumlah titik,  khususnya yang terjadi di kali perbatasan. Langkah-langkah tersebut dibahas dalam pertemuan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi bersama Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas Hendra Ahyadi di ruang kerja wali kota, Kamis (2/1).

Dalam pertemuan tersebut, Eri Cahyadi bersama pihak BBWS Brantas melakukan diskusi terbuka terkait bagaimana merawat dan menjaga sempadan sungai untuk meminimalisir adanya banjir. Seperti diketahui, beberapa waktu lalu beberapa kawasan di Kota Surabaya mengalami genangan dan banjir akibat aliran air di Kali Perbatasan tersumbat enceng gondok hingga tingginya sedimentasi sungai.

Sedangkan Kepala BBWS Brantas Hendra Ahyadi menyampaikan, ada beberapa faktor yang menjadi pengambat normalisasi sungai khususnya di wilayah hilir. Salah satu faktor utamanya adalah pendanaan sehingga kolaborasi dibutuhkan untuk menangani hal tersebut. "Kami sampaikan ke Pak Wali Kota Eri Cahyadi. Kami tadi mohon bantuannya untuk melakukan perbaikan bersama-sama," jelasnya.

"Kewenangan semua sebenarnya ada di pemerintah pusat, karena memang daerah aliran sungai (DAS) pemerintah pusat. Kami sebagai UPT dibawah kementerian PU diberikan mandat mengelola. Kalau diserahkan ke kami semua itu juga cukup berat, sehingga kolaborasi dengan pemda terutama Surabaya sebagai ujung tempat mengalirnya air sangat strategis. Di sini kami berdiskusi mencari solusi sehingga masalah-masalah seperti enceng gondok dan lainnya bisa teratasi," papar Hendra.

Eri Cahyadi Ia menjelaskan, kondisi sungai di Kota Pahlawan sedang tidak baik-baik saja. Oleh karena itu, ketika menerima aliran sungai dari daerah lain seperti Kediri, Jombang dan Mojokerto, Kali Jagir Wonokromo sudah tidak bisa menampung sehingga airnya dan meluap ke beberapa ruas jalan.

Ia menyampaikan bahwa Pemkot Surabaya sudah menyiapkan langkah jangka pendek hingga jangka panjang untuk penanganan banjir akibat meluapnya sungai. Untuk penyelesaian jangka pendek akan dilakukan pemetaan wilayah mana yang menjadi prioritas penanganan.

Kemudian, Eri melanjutkan mengenai penyelesaian jangka panjang, pihaknya akan berkoordinasi dengan BBWS Brantas dalam hal mengembalikan fungsi sungai. Sebab, selama ini banyak sungai yang tertutup akibat berahlih fungsi akibat adanya bangunan liar di sempadan sungai.

Langkah jangka panjang lainnya, ungkap Eri adalah berkolaborasi dengan pemerintah daerah (pemda) terkait untuk melakukan perbaikan dan perawatan sungai di wilayahnya masing-masing.  "Tadi saya sampaikan kepada beliaunya (BBWS Brantas) kita ini Indonesia, Surabaya bukan negara sendiri. Jadi apabila kali perbatasan ada masalah, silakan kontak kami. Kami punya alat dan bisa membantu. Sehingga pekerjaan bisa dibagi dan dikerjakan bersama-sama," harapnya.

Hendra Ahyadi menyampaikan, aliran Sungai Brantas yang dimulai dari Malang memang berakhir di Kota Surabaya. Alur perjalanan aliran airnya dari Kabupaten Malang, Bendungan Sutami, kemudian terus mengalir ke Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Kediri, Nganjuk, Mojokerto Jombang dan Surabaya sebagai hilir. Oleh karena itu, Hendra menyebut, kolaborasi penanganan bersama Pemkot Surabaya sebagai ujung mengalirnya air sangat diperlukan.

Ia menerangkan, selama ini pembersihan enceng gondok sudah dilakukan berkala, tetapi kecepatan pertumbuhannya tidak sebanding dengan upaya yang dilakukan. Sehingga, beberapa wilayah belum bisa tersentuh dan menimbulkan penumpukan enceng gondok.

Untuk penertiban bangunan liar juga sudah dilakukan upaya melalui jalur hukum. "Tapi sekali lagi itu berkaitan dengan sertifikat, dari fungsinya yang menganggu sempadan sungai. Nanti akan kami tindaklanjuti untuk memberikan edukasi atau pemahaman bahwa tidak boleh ada bangunan di sana," jelasnya.(ari/rd)