Kriteria Pemilih AMIN Versi Kiai Mustain

Salah satu pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang KH Ahmad Mustain Syafii menjelaskan perbedaan pendukung pasangan calon (paslon) nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dibandingkan paslon lainnya.

Kriteria Pemilih AMIN Versi Kiai Mustain
KH Ahmad Mustain Syafii saat launching Jubir Desa Tim AMIN di Jombang.

Surabaya, HARIANBANGSA.net - Salah satu pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang KH Ahmad Mustain Syafii menjelaskan perbedaan pendukung pasangan calon (paslon) nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dibandingkan paslon lainnya.

Kiai Mustain mengatakan, ada perbedaan mencolok dari para pendukung itu. Pendukung AMIN, dipastikannya mendukung karena melihat pribadi dari Anies dan Cak Imin sendiri. Bukan karena embel-embel apapun. Apalagi yang berbau kepentingan.

"Yang merasa Islam, yang merasa jadi santri, merasa dekat kiai, kok milih pasangan nomor 1, itu pasti lahir karena cahaya keislamannya," kata Kiai Mustain dalam keterangannya, Kamis (21/12).

Berbeda dengan pendukung pasangan lain. Menurutnya, banyak yang merapat ke paslon lain hanya gara-gara uang, kepentingan untuk melanggengkan kekuasaan. Ia berpendapat demikian karena posisi AMIN saat ini berada di seberang kekuasaan dengan logistik yang terbatas. "Tapi kalau pemilih sampai memilih paslon lain itu pasti karena kepentingannya," ujarnya.

Kiai Mustain mengatakan, bagi kelompok Islam, pasangan AMIN adalah yang paling ideal. Sebab, baik Anies dan Cak Imin ini memiliki kemampuan yang komplet. Tidak hanya mampu di bidang pemerintahan, namun ditataran masyarakat bawah keduanya dapat diterima, karena keilmuan agamanya yang mumpuni.

"Lihatlah calon presiden 3 itu yang banyak sujud Nya kepada Allah itu siapa? Lihatlah calon presiden dan wakil presiden ketiga itu, yang fasih membaca Alquran siapa? Lihatlah calon pemimpin tiga itu, yang kira-kira fasih memimpin yasinan siapa?" tanya pria asli Lamongan tersebut.

Oleh karena itu, ia meminta masyarakat untuk cerdas dalam menentukan pemimpinnya. Sebab, memilih pemimpin itu juga merupakan ibadah.  "Memilih itu ibadah. Terus kalau ibadah, bagaimana? ya harus diniati ibadah lillahita'ala," pungkas Kiai Mustain. (mdr/rd)