Lewat Robot Hybrid, Dosen ITS Bantu Dokter dalam Proses Operasi
Lagi-lagi sebuah inovasi hadir dari tangan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Kali ini inovasi dibuat oleh Dr Latifah Nurahmi, dosen dari Departemen Teknik Mesin.
Surabaya, HARIAN BANGSA.net - Lagi-lagi sebuah inovasi hadir dari tangan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Kali ini inovasi dibuat oleh Dr Latifah Nurahmi, dosen dari Departemen Teknik Mesin. Inovasi yang dihasilkan tersebut adalah berupa robot hybrid yang berguna di bidang medis untuk melakukan proses operasi tulang.
Latifah menjelaskan bahwa inovasi buatannya ini merupakan kelanjutan dari penelitian yang sebelumnya dilakukan pada tahun 2016. Pada tahun tersebut ia mengembangkan robot rehabilitasi tumit kaki. "Namun, untuk dasar penelitiannya sendiri sudah saya lakukan sejak tahun 2015,” ungkapnya, Kamis (4/2).
Latifah menjelaskan bahwa robot sebagai alat bantu operasi sebenarnya sudah ada sejak tahun ‘90-an. Robot ini biasa disebut dengan robot paralel. Robot paralel adalah robot yang mampu menangani beberapa instruksi dalam waktu bersamaan. "Tapi ternyata robot paralel ini masih punya beberapa kekurangan dalam penggunaannya di bidang medis," ujarnya.
Latifah melanjutkan, kekurangan yang dimiliki oleh robot paralel ini adalah ruang geraknya yang terbatas. Selain itu, penggunaan robot paralel biasanya hanya sekali pakai. Hal tersebut membuat robot harus dibongkar saat usai melakukan operasi dan dipasang kembali saat akan melakukan operasi. "Dengan begitu akan lebih merepotkan dokter saat akan dan usai menggunakannya,” imbuhnya.
Dosen kelahiran Solo ini memaparkan, guna mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh robot parallel, maka ia membuat sebuah robot hybrid. Yakni merupakan gabungan dari dua robot paralel. Robot ini memiliki kelebihan pada ruang geraknya yang lebih luas dibanding dengan robot paralel.
Latifah menjelaskan bahwa pada proses pembuatannya robot ini dilakukan pencetakan tiga dimensi terlebih dahulu. Setelah itu, dilanjutkan dengan pengembangan menjadi sebuah prototype yang dilengkapi dengan piranti-piranti elektronis. “Dari segi desain robot hybrid lebih kompleks dibanding dengan robot paralel,” tuturnya.
Dosen berambut panjang ini menyatakan, dalam pengembangan robot hybrid ia bekerja sama dengan Jurusan Teknik Mesin dari National Central University (NCU), Taiwan. Hal ini disebabkan oleh adanya hubungan baik antara Departemen Teknik Mesin ITS dengan NCU yang sudah terjalin. Selain itu, ternyata mereka juga mengembangkan robot yang strukturnya sama. “Berdasarkan hal tersebut, kami memutuskan untuk menjalankan kerja sama dalam pengembangan robot ini,” katanya.
Saat melakukan proses operasi, dokter dapat menggunakan robot hybrid dalam membantu proses pembedahan yang membutuhkan akurasi tinggi. Tidak hanya itu, robot ini juga dapat mengurangi kontak langsung dari dokter dengan pasien. Adanya robot ini tidak bermaksud untuk menggantikan peran dokter dalam melakukan operasi. Akan tetapi tingkat akurasi tinggi dalam proses operasi inilah yang memerlukan bantuan robot.
Melalui inovasinya yang berjudul Robot Operasi Reduksi Fraktur sebagai Teknik Bedah Invasif Minimal, Latifah berhasil mendapatkan penghargaan pada ajang L'Oreal-UNESCO for Women in Science 2020, akhir November lalu. Ajang ini merupakan kegiatan yang diadakan L'Oreal untuk mendukung keterlibatan wanita di bidang sains dan teknologi. “Sebenarnya saya mengikuti ajang ini sejak tahun 2017, namun baru tahun ini berhasil memenangkan penghargaan,” tuturnya.
Latifah berharap melalui inovasinya ini, ia dapat memperkenalkan teknologi robot di bidang kesehatan. Tidak hanya itu, ia juga berharap agar robot buatannya ini bisa segera digunakan beberapa rumah sakit di Indonesia. “Melalui penghargaan ini saya juga ingin mengajak para perempuan muda agar tidak takut untuk berperan dan terlibat di dunia science dan teknologi,” pungkasnya.(rd)