Parkir Liar di KBS Gila-gilaan

Aksi premanisme dan pemalakan parkir di sekitar Kebun Binatang Surabaya (KBS) kembali terjadi.

Parkir Liar di KBS Gila-gilaan
Posisi mobil-mobil yang ditarik biaya parkir Rp 45 ribu.

Surabaya, HARIANBANGSA.net - Aksi premanisme dan pemalakan parkir di sekitar Kebun Binatang Surabaya (KBS) kembali terjadi. Selama libur panjang Natal dan Tahun Baru (Nataru), KBS mengalami kenaikan jumlah pengunjung yang cukup fantastis.

Pemkot Surabaya sebenarnya sudah membuat tempat parkir kendaraan bermotor. Salah satunya adalah Terminal Intermoda Joyoboyo (TIJ). Namun sayang, tempat parkir tersebut masih belum bisa menampung perparkiran pengunjung KBS. Kondisi over load ini dimanfaatkan oleh para preman yang menyaru sebagai juru parkir (jukir) menarik parkir dengan harga yang fantastis.

Hal itu dialami oleh salah satu pengujung bernama Zainul beserta keluarga. Warga Krian, Sidoarjo berombongan mendatangi KBS, Senin (30/12) pukul 10.00 WIB. Ternyata, sesampainya di TIJ sudah tidak ada ruang parkir, sehingga memutuskan untuk memarkir mobilnya di sekitar KBS.

Mobil yang dikendarainya Toyota Avanza warna hitam. Tidak lama seorang pemuda berbaju hitam lengan pendek, celana krem, rambut cepak, tinggi badan agak pendek, seumuran 23 tahun, mendekati rombongan keluarga Zainur.

“Jadi saya saat di depan patung Suroboyo depan KBS didatangi pria muda itu. Saya ditawari untuk mencari tempat lahan kosong untuk parkir. Namun dia meminta jasa Rp 10 ribu untuk mencari lahan kosong itu. Nah, setelah sampai di lahan yang kosong, tepatnya sekitar Masjid Al Falah, dia meminta biaya parkir lagi sebesar Rp 35 ribu. Saya kaget tapi harus protes ke siapa?,” ujar Zainur, Senin (30/12).

Menurutnya, jukir itu menarik biaya parkir tepat di samping petugas Dinas Perhubungan yang mengunakan seragam dinas. “Kalau memang bukan harganya segitu pasti petugas Dishub menegur Jukir itu. Wong petugas itu diam saja kok,” tambah Zainur.

Sementara, Humas KBS Lintang Ratri Sunarwidhi ketika dikonfirmasi Harian Bangsa memberikan keterangan bahwa keberadaan jukir sudah kerap dipantau oleh Dishub Surabaya. “Sebenarnya wali kota Surabaya sudah melakukan langkah dengan merekrut warga sekitar yang kerap menjadi jukir liar. Mereka dijadikan jukir namun tetap diawasi oleh Dishub Surabaya,” ujarnya, Senin (30/12).

Lintang menambahkan bahwa perekrutan itu bertujuan agar para jukir liar ini mempunyai mata pencaharian, sehingga tidak melakukan aksi pemerasan dengan biaya parkir melambung tinggi. “Tujuannya agar ada mata pencaharian dengan menjadi jukir. Mereka diawasi oleh Dishub Surabaya agar tidak menarik biaya parkir tinggi. Namun bila masih saja melakukan praktik pungli parkir akan kita laporkan ke Pemkot Surabaya,” tutup Lintang.

Secara terpisah Kapolsek Wonokromo Kompol Hengy Renanta mengatakan, terkait aksi permintaan uang parkir yang tidak sesuai aturan, sebenarnya para jukir liar itu kerap ditertibkan. “Namun tentang penertiban itu hanya Polsek Wonokromo yang tegas. Sedangkan jajaran samping kurang mendukung. Harusnya itu ranahnya Dishub Surabaya. Namun kurang ada ketegasan,” tegas Hengy Rananta, Senin (31/12).(yan/rd)