Puluhan Hektare Padi Diserang Wereng

Puluhan hektare tanaman padi siap panen di Desa Kepuhdoko, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang diperkirakan gagal panen, lantaran diserang hama wereng.

Puluhan Hektare Padi Diserang Wereng
Kondisi tanaman padi yang diserang hama wereng. Aan Amrulloh/ HARIAN BANGSA

Jombang, HARIAN BANGSA.net - Puluhan hektare tanaman padi siap panen di Desa Kepuhdoko, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang diperkirakan gagal panen, lantaran diserang hama wereng.

Seperti yang dikeluhkan, Sukran, salah satu petani dari desa setempat. Dia mengungkapkan, dalam beberapa minggu ini tanaman padi miliknya habis diserang oleh hama wereng. Padahal usia tanaman tersebut sudah sekitar 85 hari dan siap panen.

“Tanaman padi saya sudah mati semua, padahal usianya sudah cukup tua dan sebentar lagi akan panen,” ucapnya pada wartawan, Rabu (26/8).

Serangan hama wereng ini, lanjut Sukran, sangat ganas. Hal itu terlihat dari daun-daun padi yang berubah menjadi coklat. Padahal, sawah seluas kurang lebih 7.500 m2 miliknya sudah dilakukan penyemprotan untuk mengusir hama wereng itu. Akan tetapi, tidak berpengaruh apa-apa dan mengakibatkan padi mati.

“Kalau sudah begini ya gagal panen mas, bukan hanya saya saja tapi petani lainnya juga sama. Kami sudah melakukan penyemprotan. Bahkan tiga kali dalam seminggu, tapi hasilnya tetap sama, malah padi banyak yang mati,” pungkasnya.

Terpisah, Kepala Desa Kepuhdoko Sutaman mengakui adanya serangan hama wereng di wilayahnya. Bahkan, hama tersebut telah menyerang tanaman padi di semua dusunnya. Sedikitnya kurang lebih ada 30 hektare.

“Petani sangat bingung karena sebelumnya diserang hama tikus, kini tanaman padi diserang hama wereng. Padahal petani juga sudah rutin melakukan penyemprotan agar hama hilang, tapi kayaknya tidak mempan,” tuturnya.

Dengan adanya kejadian ini, pihaknya memang belum melaporkan ke dinas terkait. Pihaknya berharap adanya bantuan dari pemerintah untuk penanganan hama wereng ini. Dikarenakan, untuk obat-obatan juga cukup mahal.

“Rencananya memang kami akan melaporkan ke dinas. Harapan kami ada bantuan dari pemerintah, bagaimana mengembalikan tanaman padi yang sudah mati. Sebab, harga obat-obatan juga sangat mahal, mencapai Rp 150-185 ribu,” pungkas kades.(aan/rd)