EMCL Dorong Petani Mandiri, Adakan Program Sekolah Lapang Pertanian 

Program ini dilaksanakan untuk menjawab tantangan yang dihadapi para petani, misalnya pengetahuan ilmu pertanian yang terus berkembang, ketergantungan pada pupuk kimia, strategi pemasaran, dan sebagainya.

EMCL Dorong Petani Mandiri, Adakan Program Sekolah Lapang Pertanian 
Sekolah lapangan pertanian  yang diadakan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) di Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro.

Bojonegoro, HB.net - Operator Lapangan Minyak dan Gas Bumi (Migas) Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) di Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro terus berupaya meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan memberikan pelatihan dan pendampingan di berbagai sektor.

Sektor pertanian misalnya, EMCL membuat Sekolah Lapang Pertanian (SLP). Program ini dilaksanakan untuk menjawab tantangan yang dihadapi para petani, misalnya pengetahuan ilmu pertanian yang terus berkembang, ketergantungan pada pupuk kimia, strategi pemasaran, dan sebagainya. Pelaksanaannya dimulai pada 2019 dengan melibatkan petani lokal secara partisipatif. Selain itu SLP juga sebagai wadah belajar petani bersama.

Para petani difasilitasi untuk berbagi pengalaman dan juga permasalahan oleh seorang petani pemandu. Hasil dari diskusi kelompok kemudian dipraktekkan pada petak lahan uji coba. Hingga saat ini sudah ada dua petak yang digunakan untuk bertanam sesuai dengan kebiasaan lama petani. Hasilnya, tanaman padi lebih subur dan hasil panen meningkat dua kali lipat.

"Kedua petak digunakan untuk menerapkan metode baru bertani sebagaimana dibahas dalam diskusi kelompok. SLP juga memiliki kurikulum dan pertemuan rutin yang terjadwal. Ada juga model pembelajaran tematik, yaitu sarana belajar bersama dengan topik ditentukan sendiri oleh para petani," ujar Ichwan Arifin, External Affairs Manager EMCL Kamis, (30/12/21).

Kegiatan lainnya adalah “Studi Petani”, yaitu upaya riset bersama terkait pertanian. Studi ini mencakup pemanfaatan lahan pekarangan, pengolahan pasca panen, dan sebagainya. Semua itu bermuara pada upaya mengoptimalkan potensi komoditas desa agar lebih memberikan nilai tambah pada petani.

Program ini telah menghadirkan manfaat nyata bagi para petani. Lasmidi salah satunya. Dia tidak hanya mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia secara signifikan, para pembeli berasnya juga menyampaikan bahwa nasi yang dihasilkan dari beras tersebut jauh lebih enak, jika dibandingkan dengan beras sebelumnya saat masih menggunakan pupuk kimia.

"Program SLP ini merupakan wujud kontribusi perusahaan pada peningkatan kapasitas dan kesejahteraan petani," ujar Ichwan Arifin menambahkan.

Lasmidi (46), warga Desa Brabowan, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, sangat bangga dengan capaiannya dalam pemakaian pupuk organik. Dia menyebut, sebelum mendapatkan pelatihan dia menggunakan 700 kg pupuk kimia untuk lahan seluas lima hektar saat bertanam padi. Namun saat ini dia cukup mengeluarkan 75 kilogram pupuk untuk luas lahan yang sama.

"Karena sebagian besar kebutuhan pupuk dipenuhi dari pupuk cair organik dan kompos. Kami mendapat ilmu pengetahuan yang luar biasa," ujarnya.

Perubahan pola ini merupakah salah satu buah Program Sekolah Lapangan Pertanian (SLP) yang diinisiasi EMCL bersama SKK Migas dan bermitra dengan lembaga swadaya masyarakat bernama Yayasan Daun Bendera Nusantara (Field Indonesia). (eky/ns)