Insgluni, Deteksi Gula Darah Non-Invasif Karya Mahasiswa ITS
Tim mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi, Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menginovasikan alat deteksi gula darah non-invasif bernama Instrument Glucose Non-Invasive (Insgluni).
Surabaya, HARIANBANGSA.net Tim mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi, Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menginovasikan alat deteksi gula darah non-invasif bernama Instrument Glucose Non-Invasive (Insgluni). Alat yang bekerja tanpa proses pengambilan darah ini membawa solusi proses pemeriksaan kadar gula darah yang lebih aman, nyaman, dan ramah lingkungan.
Penggagas Insgluni yang juga selaku Ketua Tim Rafly Zaka Rulloh menjelaskan, inovasinya dikembangkan dari kekhawatirannya terhadap proses pemeriksaan gula darah secara konvensional yang bersifat invasif. Proses pengambilan darah menggunakan jarum suntik ini menimbulkan rasa sakit dan membawa risiko infeksi. “Metode konvensional turut menyumbang limbah medis berupa jarum suntik dan strip uji,” paparnya prihatin.
Rafly menyebutkan, Insgluni hadir dengan memberikan alternatif pemeriksaan kadar gula darah yang lebih mudah dan aman bagi pengguna serta lingkungan. Selain bermanfaat bagi penderita diabetes, inovasi ini juga membantu pemeriksaan dini pada individu yang peduli akan kesehatan. “Insgluni juga dapat digunakan pada instansi kesehatan seperti rumah sakit, klinik, dan puskesmas,” tambahnya.
Lebih lanjut, alat portabel berbentuk kubus ini memanfaatkan cahaya nir infrared sebagai pemantik detektor gula darah. Rafly menjabarkan, cahaya nir infrared yang ditembakkan akan menabrak jari pada tempat pengujian yang telah disediakan. Bilah cahaya yang berhasil melewati jari kemudian akan ditangkap oleh sensor optik photodioda dengan panjang gelombang 940 nanometer.
Selanjutnya, sistem yang telah dilatih akan menyaring, mengolah, dan mengonversi noise cahaya menjadi sebuah nilai dengan satuan gula darah miligram per desiliter. Melalui tahap uji coba yang panjang, Insgluni terbukti mempunyai tingkat akurasi deteksi kadar gula darah mencapai 87 persen. “Nilai ini jauh lebih besar dibandingkan alat serupa yang beredar di pasaran,” ujar pemuda asal Bangkalan itu berbangga.
Tidak hanya itu, Insgluni juga dibekali dengan aplikasi berbasis android yang dapat dihubungkan dengan jaringan wi-fi. Aplikasi ini akan menerima dan menampung rekaman data pengujian kadar gula darah serta memberikan informasi kesehatan pengguna. Dengan demikian, pengguna dapat memantau dan mengontrol kadar gula darah secara teratur dan rutin.
Rafly bersama anggota timnya yakni Yeti Mirasani, Muhammad Zidane Abri, Rafly Zaka Rulloh, Rahadiyan Rachmadi, dan Yus Putri Arum Seger ini juga telah berhasil mengantarkan Insgluni pada tingkat 7 dalam Tingkatan Kesiapan Teknologi (TKT). “Pada tingkat ini, Insgluni telah mencapai bentuk prototipe yang matang dan telah diuji massal pada skala lingkungan yang kecil,” terang Rafly.
Tim bimbingan Sefi Novendra Patrialova ini berhasil menghadirkan inovasi yang mendukung ketercapaian empat poin Sustainable Development Goals (SDGs). Yakni SDGs 3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDGs 8 tentang Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, SDGs 9 tentang Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, serta SDGs 12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab.
Berkat inovasinya, tim Insgluni ITS ini juga telah sukses mengukir prestasi membanggakan tingkat nasional. Yakni dengan menyabet gelar juara I kategori Program Kreativitas Mahasiswa Karya Inovatif (PKM-KI) subkategori Presentasi pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2024 lalu.
Mahasiswa kelahiran 2002 tersebut membeberkan rencana selanjutnya untuk mengembangkan Insgluni lebih lanjut dan mendapatkan izin komersialisasi. Ia berharap manfaat Insgluni dapat dirasakan oleh masyarakat luas. “Dengan keamanan, kemudahan, dan kenyamanan yang dibawa, Insgluni dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat,” tandasnya.(rd)