Wanita Tewas Korban Tabrak Lari Kesulitan Dapat Jasa Raharja
Fakta mengejutkan keterangan yang dilontarkan oleh Santi Triana (43), adik kembar dari korban tabrak lari Shinta Iryani (43), warga Jalan Simo Gunung Barat Tol III, Surabaya, saat ditemui di rumah duka.
Surabaya, HARIANBANGSA.net - Fakta mengejutkan keterangan yang dilontarkan oleh Santi Triana (43), adik kembar dari korban tabrak lari Shinta Iryani (43), warga Jalan Simo Gunung Barat Tol III, Surabaya, saat ditemui di rumah duka.
Sebelumnya korban Shinta Iryani tewas setelah tertabrak para pembalap liar di Jalan Diponegoro, Sawahan, Surabaya pada Minggu (5/1) pukul 05.00 WIB. Ternyata pelaku tabrak lari bukanlah para pembalap liar. Hal itu diceritakannya pada Senin (6/1).
Saat ditemui di rumah duka Senin (6/1) siang, Santi Triana menceritakan tentang kejadian tewasnya kakak kembarnya (Shinta Iriyani). “Kakak saya korban tabrak lari pelakunya pengendara sepeda motor yang berlawanan arah dengannya. Saat tertabrak kakak saya membonceng anaknya yang bungsu. Posisi motornya di pinggir jalan dengan kecepatan lambat. Tiba tiba ada motor bergoncengan tiga pemuda melawan arah dan menabrak motor kakak saya.” ujar Santi Triana.
Ditambahkan oleh adik kembar korban bahwa kakaknya saat itu sedang menjemput putra sulungnya di Terminal Bungurasih. Saat kembali pulang sekitar pukul 04.00 WIB, korban membonceng putra bungsunya mengunakan motor Honda Beat. Sdangkan putra bungsu membonceng putra tengah mengunakan motor lain.
Sekitar pukul 04.20 WIB, korban bersama anak anaknya melintas di Jalan Diponegoro tepatnya depan Prudential. “Jadi, kakak saya itu sudah menepi karena ada yang akan melakukan balapan, takut kena tabrak. Meski sudah menepi. Ternyata ada motor bergoncengan tiga orang dengan kecepatan tinggi dan melawan arah, langsung menabrak kakak. Kakak terpelanting sedangkan penabrak melarikan diri. Nah saat kejadian itu para balap liar mencoba mengejar para pelaku tabrak lari,” tambah Santi Triana.
Dari tewasnya korban, Santi Triana mengharap pihak Satlantas Polrestabes Surabaya bisa melakukan pengejaran kepada pelaku tabrak lari. Karena posisi kakak kembarnya (korban) seorang diri dalam menghidupi tiga putranya. “Kakak saya ini telah pisah ranjang lama dengan suaminya. Posisi suami kakak saya kerja di Jawa Barat. Dengan meninggal dunianya kakak saya ini, kasihan ketiga putranya,” tambah Santi Triana.
Saat digali lebih lanjut terkait pembiayaan Jasa Raharja korban Shanti Iryani, pihak keluarga juga menghadap kebijaksanaan dan pertangungawaban dari para pelaku tabrak lari. “Kita juga kesulitan tentang hal itu karena kakak saya (korban) posisinya tidak mempunyai Surat Izin Mengemudi (SIM) sehingga sulit untuk mengklaim dana bantuan kecelakaan. Harapan kami polisi segera bisa menangkap pelakunya,” tutup Santi Triana.(yan/rd)