Petani di Bojonegoro, Jaga Keselamatan Bersama di Jalur Pipa Lapangan Banyu Urip

Kegiatan ini rutin digelar bulanan guna mendiskusikan terkait pertanian bersama ahlinua dan sesama petani di desanya.

Petani di Bojonegoro, Jaga Keselamatan Bersama di Jalur Pipa Lapangan Banyu Urip
Para petani Bojonegoro yang berada di jalur pipa Banyu Urip saat nimbrung pada kegiatan jagong tani.

Bojonegoro, HB.net - Selepas subuh, Masrukin bergegas ke ladang. Pria asal Desa Wadang, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro ini tiba sebelum sinar matahari menerangi ladangnya. Pagi itu dia ingin mengamati serangga apa saja yang ada di sekitar tanaman padinya.

Mengamati adalah bagian dari cara Masrukin menemukan predator hama alami. Ketika sudah teridentifikasi, predator alami akan dikembangkan untuk membantu petani mengurangi penggunaan obat kimia. Selain baik secara ekologis, juga mengurangi biaya pembelian obat.

Pengetahuan ini diperoleh Masrukin dari kegiatan Jagong Tani. Kegiatan ini rutin digelar bulanan guna mendiskusikan terkait pertanian bersama ahlinua dan sesama petani di desanya. Khususnya para petani yang menggarap lahan di sekitar jalur pipa minyak Lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris di Bojonegoro.

Jagong Tani sendiri merupakan bagian dari Program Pengembangan Ekonomi Masyarakat yang diprakarsai ExxonMobil Cepu Limited (EMCL). Program ini dilaksanakan di sepanjang 29 kilometer jalur pipa Banyu Urip dan 16 kilometer jalur pipa Kedung Keris. Lebih dari 654 petani dari 23 desa di Kabupaten Bojonegoro ikut serta dalam kegiatan ini.

"Alhamdulillah sejak adanya program ini hasil panen terakhir ini lebih baik dari sebelumnya, semoga akan terus meningkat," ungkap Masrukin kepada wartawan, Jumat (27/10/2023).

Selama kegiatan Jagong Tani, para peserta juga diberi pembekalan keselamatan oleh relawan pengawasan jalur pipa yang didampingi LSM Inspektra. Para relawan memastikan pada masyarakat agar paham mengenai apa yang boleh dan harus dihindari saat beraktivitas di jalur pipa.

"Kami paham bahwa bakar-bakar, menggunakan traktor, dan menanam tanaman berakar tunggak di atas jalur pipa sangat berbahaya,” tutur Masrukin menjelaskan apa yang dia dapatkan dari pendamping.

Selain memahami, kata Masrukin, para petani juga saling mengingatkan. Terutama, memberi tahu atau menginfokan kepada petugas keamanan EMCL jika ada aktivitas membahayakan pipa. Sehingga, masyarakat bisa tetap beraktivitas dengan aman.

"Intinya kami juga selalu berkomunikasi dengan petugas keamanaan EMCL, terutama komunikasi intens jika ada aktivitas membahayakan di jalur pipa," imbuh Masrukin.

Disisi lain, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro melalui Dinas Pertanian menilai baik kegiatan ini. Selain bisa membantu para petani, juga memberi kesadaran tentang pentingnya menjaga keselamatan di jalur pipa minyak.

"Kami mendukung pendampingan petani seperti ini, semoga bisa berkelanjutan," jelas Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Manusia dan Pembiayaan di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Yuni Arbaatun.

Petani menerima pemahaman dan pembekalan keselamatan dari relawan pengawasan jalur pipa yang didampingi LSM Inspektra.

Sementara itu, External Affairs Manager EMCL, Beta Wicaksono menjelaskan, program ini merupakan upaya berkelanjutan untuk mendukung peningkatan produktivitas pertanian. Sekaligus memastikan masyarakat aman dan selamat di jalur pipa. Pastinya sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Lapangan Minyak Banyu Urip yang berada di bawah pengawasan SKK Migas, EMCL berkomitmen mendukung Pemerintah dalam pengembangan sektor pertanian.

"Kami mengapresiasi masyarakat yang selalu mendukung terciptanya kondisi aman dan selamat di jalur pipa," tuturnya.

Dia menegaskan, kolaborasi yang baik ini merupakan bagian dari upaya bersama. Terutama, dalam menyukseskan target produksi nasional dari Lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris. Sebab, pemerintah menargetkan produksi minyak nasional 1 juta barel per hari pada 2030.

"Yang pasti sudah sesuai dengan slogan yang dicanangkan oleh SKK Migas, One team, one goal, one million," pungkasnya. (wan/ns)