Usai Demo Tunggal, Ibu Ini Dirikan Tenda di Kantor Asuransi Bumiputera

Belum adanya kejelasan terkait pengajuan pencairan klaim asuransi yang diajukan sejak tahun 2018 silam, Fitria Cahyarani (40), warga Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, kembali mendatangi Kantor Cabang PT Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera.

Usai Demo Tunggal, Ibu Ini Dirikan Tenda di Kantor Asuransi Bumiputera
Fitria mendirikan tenda di depan Kantor Cabang Bumiputera Jombang. Aan Amrulloh/ HARIAN BANGSA

Jombang, HARIAN BANGSA.net - Belum adanya kejelasan terkait pengajuan pencairan klaim asuransi yang diajukan sejak tahun 2018 silam, Fitria Cahyarani (40), warga Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, kembali mendatangi Kantor Cabang PT Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera.

Berbeda dengan hari sebelumnya, kali ini ibu empat anak yang gagal sekolah akibat klaim asuransi tak bisa dicairkan perusahaan tersebut, nekat mendirikan tenda di depan halaman Kantor Cabang Jombang Bumiputera.

Tak hanya mendirikan tenda, Fitria juga memampang sejumlah poster yang berisi tuntutan pada pihak asuransi Bumiputera.

Sebelumnya, Fitria ibu empat anak ini melakukan demo tunggal di depan Kantor Cabang PT Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera, Senin, (24/5). Dirinya menuntut haknya yakni klaim segera dibayar agar anak-anaknya bisa sekolah.

"Yang dilakukan hari ini saya pasang tenda Mas. Karena saya juga pemiliknya Bumiputera," terang Fitri pada sejumlah wartawan, Selasa (25/5).

Dirinya berharap dengan upaya yang ia lakukan hari ini, bisa menuai hasil. Agar pihak Bumiputera mencairkan klaim yang ia ajukan sejak 2018 silam.  "Saya berharap banget bisa mendapatkan hak saya kembali. Mendapatkan apa yang seharusnya saya terima," tegasnya.

Disebutkan, selain dirinya, bahwa hari ini sebenarnya banyak korban atau nasabah Bumiputera yang ingin ikut aksi. Namun, karena situasi sedang pandemi, para korban ini memilih untuk unjuk rasa secara bertahap. Hingga klaim, tagihan dibayarkan oleh Bumiputera.

"Kami tidak serentak, tapi kami bertahap. Yang jelas ada selalu yang datang menemani saya. Ada yang bergiliran. Mereka para korban kasih support. Rencananya sampai tanggal 28 Mei," terang Fitria.

Jika nantinya belum ada kejelasan pembayaran tagihannya dari pihak Bumiputera, lanjut Fitria, pihaknya beserta korban yang lainnya akan mengamankan hak yang seharusnya mereka miliki.  "Entah apapun nanti bentuknya, tapi aset Bumiputera adalah aset kami," ungkapnya.

Disinggung terkait berapa jumlah total, nasabah di kantor Bumiputera Jombang yang mengalami hal serupa dengan dirinya,Fitria mengatakan jumlahnya ribuan.

"Perkiraan 1200-an polis, dengan total out standin kemungkinan sekitar Rp 18 miliar. Ini sejak bulan Mei 2018. Belum ada yang terbayar," ucapnya.

Selain dirinya, Deni Kurniawati (41) warga Desa Jabon, Kecamatan Jombang juga mengaku sempat putus asa lantaran, klaim tagihan asuransi miliknya yang mencapai Rp 30 juta lebih itu, juga tak kunjung cair.

"Sebenarnya saya sudah mau putus asa, tidak banyak berharap. Kalau mau dapat ya syukur, kalau gak dapat ya sudah. Tapi karena melihat teman saya ini tetap semangat untuk berjuang untuk mencairkan asuransi yang sudah saya bayar sejak tahun 2000 lalu, saya ikut semangat berjuang,” ucapnya.

Diungkapkan Deni, jika teringat dulu saat membayar premi asuransi Bumiputera sangatlah berat. Saat ini, untuk mengklaim pencairan asuransi miliknya justru malah sulit. Tak kunjung ada kejelasan.

"Saya berjuang supaya cepat cair, agar uangnya bisa digunakan anak-anak untuk biaya sekolah. Saya ini kan ikut 5 asuransi. Pendidikan ada 2. Totalnya yang belum cair tapi habis kontrak itu sekitar Rp 30 juta lebih," terang Deni.

“Tuntutan saya simpel, bayarkan uangku, itu hakku. Ada dua yang tidak cair sampai sekarang, yakni beasiswa berencana untuk anakku yang seharusnya saya terima 1 Juni 2018 senilai Rp 70 juta dan Dwi Gunaprima atas nama suamiku yang seharusnya cair 1 Juni 2020 sebesar Rp 50 juta," terangnya.(aan/rd)