Usung Gagasan Indonesia Macan Asia Lewat CEO Talk

Energi dan ekonomi merupakan dua aspek penting yang berkaitan erat dengan kemajuan serta kekuatan suatu negara.

Usung Gagasan Indonesia Macan Asia Lewat CEO Talk
Mantan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak saat menjadi narasumber di CEO Talk 2024

Surabaya, HARIANBANGSA.net - Energi dan ekonomi merupakan dua aspek penting yang berkaitan erat dengan kemajuan serta kekuatan suatu negara. Menyadari hal tersebut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membahasnya dalam gelaran CEO Talk 2024 dengan tema Menggagas Indonesia Macan Asia Melalui Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi dan Ketahanan Energi di Hotel Mercure Surabaya Grand Mirama, Rabu (11/9).

Wakil Rektor II ITS Machsus menyampaikan, terminologi macan Asia ini sempat populer pada tahun 1970-an yang diawali dengan stabilnya pertumbuhan ekonomi di empat negara Asia. Keempat negara tersebut adalah Singapura, Korea Selatan, Hongkong, dan Taiwan. “Hadirnya kembali gagasan ini, sangat tepat dengan momentum pergantian pemerintahan ini untuk meningkatkan semangat kebangkitan Indonesia sebagai macan Asia,” ujarnya.

Menurut Machsus, gagasan ini sesuai dengan semangat yang dibawa oleh pemerintahan yang akan datang. Terdapat dua program yang disoroti oleh Machsus dari penerus pemerintahan Presiden Joko Widodo. Program tersebut adalah menurunkan angka kemiskinan ekstrem hingga nol persen dan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.

“Mimpi besar ini sangat mungkin terwujud apabila ditopang oleh kepemimpinan yang kuat dan kebersamaan seluruh rakyat Indonesia,” tutur dosen Departemen Teknik Infrastruktur Sipil ITS ini mengingatkan.

Sementara itu, mantan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengungkapkan, jika terminologinya sedikit diubah menjadi macan di Asia, Indonesia bahkan telah memasuki kriteria tersebut. Alasan terbesarnya adalah status Indonesia yang telah menjadi anggota G20, forum kerja sama multilateral yang merepresentasikan lebih dari 75 persen perdagangan global.

Ada dua alasan yang membuat Indonesia mampu bergabung dalam forum kerja sama tersebut. Alasan pertama adalah kondisi Indonesia yang relatif mampu memulihkan perekonomiannya dengan baik pasca dilanda krisis moneter pada 1998. Alasan kedua adalah besarnya jumlah penduduk Indonesia dibandingkan negara lainnya. “Bahkan Indonesia memiliki besar perekonomian separuh dari total negara-negara di Asia Tenggara,” ujarnya.

Akan tetapi, Emil juga menyoroti kondisi Indonesia yang masih terperangkap dalam middle income trap yang menghambatnya menjadi macan Asia yang sesungguhnya. Guna mengatasi masalah ini, menurutnya, Indonesia tidak bisa lagi hanya mengandalkan pengolahan sumber daya alam (SDA) yang terbatas.

Emil menjelaskan bahwa salah satu solusi yang dapat digunakan adalah hilirisasi yang sudah dimulai pada era Presiden Joko Widodo. Melalui hilirisasi ini akan semakin tinggi nilai tambah yang bisa dihasilkan oleh Indonesia pada SDA-nya. Selain itu, solusi ini juga mampu menciptakan lebih banyak lapangan kerja yang akhirnya membantu membangun perekonomian di dalam negeri.

Hadirnya CEO Talk ini sendiri merupakan salah satu bentuk upaya ITS dalam mendukung kemajuan Indonesia. Acara hasil kolaborasi Pusat Kajian Kebijakan Publik Bisnis dan Industri (PKKPBI) ITS bersama berbagai perguruan tinggi di Indonesia ini juga dilanjutkan dengan diskusi panel. Sesuai temanya, diskusi ini juga membahas mengenai energi dan ekonomi.

Selain itu, juga dilangsungkan dua penandatangan perjanjian kerja sama (PKS). Yakni PKS pertama antara ITS dengan Persatuan Perusahaan Air Minum di Indonesia terkait pendidikan dan penelitian. Selanjutnya adalah penandatanganan PKS antara ITS dengan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur mengenai pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di bidang industri pertahanan.(rd)