Menuju New Normal, Tim Khusus Kota Malang Tracking dan Tracing 5 Kecamatan

Sutiaji meminta ASN memberikan contoh yang baik kepada masyarakat di tengah masa transisi menuju tatanan kehidupan baru yang adaptif terhadap Covid-19.

Menuju New Normal, Tim Khusus Kota Malang Tracking dan Tracing 5 Kecamatan
Wali Kota Malang Sutiaji saat memimpin apel pagi perdana di Balai Kota Malang, Senin (15/06). foto: IWAN IRAWAN/HARIAN BANGSA

KOTA MALANG, HARIANBANGSA.net - Wali Kota Malang Sutiaji memimpin apel pagi perdana di halaman Balai Kota Malang, Senin (15/06). Apel pagi pertama sejak wabah Covid-19 melanda di bulan Maret lalu ini diawali dengan arahan dan informasi menuju New Normal oleh Sutiaji.

Dalam arahannya, Sutiaji meminta ASN memberikan contoh yang baik kepada masyarakat di tengah masa transisi menuju tatanan kehidupan baru yang adaptif terhadap Covid-19.

"Kinerja positif dan berprestasi, inovasi, dan kreasi mesti dikuatkan untuk memberikan yang terbaik di tengah masyarakat," jelasnya.

Sutiaji menekankan kepada semua ASN agar bisa menjadi pionir dalam melaksanakan protokol kesehatan. "Seperti wajib masker, sering cuci tangan, jaga jarak, tak lupa pengecekan suhu badan," ujarnya.

Sutiaji mengatakan, Pemkot Malang terus berupaya keras memutus mata rantai virus corona. "Kami tengah mempersiapkan tim khusus untuk tracking dan tracing di lima kantor Kecamatan. Secara pastinya seperti apa, saat ini masih dilakukan pembahasan lebih detail," katanya

"Tatanan hidup baru, harapannya bisa secepatnya terwujud. Saat ini kami menunggu hasil penilaian dari provinsi atau pakar epedemiologi terkait hasil kerja kami selama ini," paparnya.

"Mengenai dua ASN yang reaktif, satu ASN sudah nonreaktif di-rapid test ketiga kalinya usai meminum herbal. Sedangkan satu ASN lainnya tengah ditangani di salah satu RS di Kota Malang. Perihal minuman herbal, monggo dikonfirmasi ke pihak dr. Husnul yang lebih paham," tutur politikus Demokrat ini.

Terpisah, dr. Husnul Muarif, Kepala Dinkes Kota Malang mengaku belum memberi nama ramuan herbal sebagaimana yang dimaksud Sutiaji. "Mengingat masih belum ada penelitian dan kajian, sehingga sifatnya sebatas internal. Maaf, belum bisa dikonsumsi untuk publik," tuturnya. (iwa/thu/ns)