Olah Sampah, Jadi Berkah, Hasilkan Cuan

Keberadaan sampah memang menjadi persoalan yang tiada habisnya. Tak hanya di Indonesia, tetapi juga sudah tingkat dunia.

Olah Sampah, Jadi Berkah, Hasilkan Cuan
Imam Mukhlas memberikan pakan ternak hasil dari pengolahan sampah organik.
Olah Sampah, Jadi Berkah, Hasilkan Cuan

Bojonegoro, HARIANBANGSA.net - Keberadaan sampah memang menjadi persoalan yang tiada habisnya. Tak hanya di Indonesia, tetapi juga sudah tingkat dunia.

Setiap hari jumlah sampah terus ada. Asalnya mulai dari rumah tangga, rumah sakit, hingga industri. Fakta yang ada selama ini sampah biasanya "dilarikan" ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Di situlah sampah biasanya dibakar, dibumihanguskan. Meski begitu, proses pembakaran tak bisa menyelesaikan masalah sampah sepenuhnya.

Merujuk data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), volume timbulan sampah di Indonesia pada 2022 mencapai 19,45 juta ton. Kemudian, sesuai jenisnya mayoritas timbulan sampah nasional pada 2022 tercatat 41,55 persen dari proporsi sisa makanan. Kemudian, sampah plastik memiliki proporsi sekitar 18,55 persen.

Disisi lain, timbulan sampah yang tak teratasi dengan baik dapat berdampak buruk pada lingkungan dan kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu, pengelolaan sampah ini perlu menjadi tantangan oleh pemerintah hingga masyarakatnya. Tujuannya, jelas agar setiap tahun jumlah keberadaan sampah terus berkurang, sehingga berdampak pada lingkungan yang sehat, bersih dan nyaman.

Pemanfaatan sampah pun tak hanya dilakukan oleh pemerintah saja. Melainkan berbagai kelompok masyarakat juga turut andil dalam pengelolaan sampah. Pastinya pengelolaan tersebut tak hanya ingin lingkungan bersih, tapi juga ada cuan yang masuk ke kantong. Artinya, keberadaan sampah ini dikelola, sehingga menghasilkan nilai yang ekonomis.

Pengelolaan sampah organik maupun non-organik yang menghasilkan pundi uang ini sebenarnya sudah dilakukan oleh para pemuda di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro. Mereka membentuk kelompok, lalu mengolah sampah yang dinamai Bank Sampah Mandiri Keluarga Harapan (BSMKH).

Bisa dikatakan pengelolaan sampah yang dipimpin Imam Mukhlas, warga Desa Sendangharjo ini sungguh luar biasa. Meski awalnya mendapatkan ejekan dari warga sekitar, bahkan keluarga. Namun, kini pengelolaan sampah tersebut menjadi berkah dan sudah beromzet puluhan juta rupiah.

"Alhamdulillah sejak berdiri tahun 2017 lalu, kini omzet kami mencapai Rp 60 juta lebih," kata Imam Mukhlas saat ditemui, Senin, 25 Oktober 2023.

Imam Mukhlas saat tampil sebagai narasumber diacara Media Gathering di Yogyakarta.

Imam Mukhlas saat tampil sebagai narasumber di acara Media Gathering di Yogyakarta.

Dalam menjalankan program pengelolaan sampah ini, Imam Muhklis dibantu 11 pemuda desa setempat lainnya. Lalu, para pemuda ini mengajak warga lain agar mengumpulkan sampah di sekitar rumah dan lingkungannya.

Berkat kerja kerasnya, kini sudah ada 350 anggota atau warga yang tergabung dalam program Si Imut My Darling, nama lain kegiatan pengumpulan sampah. Terkait penghasilan memang tak melimpah seperti berbisnis batu bara. Akan tetapi, dengan sistem simpanan sampah maka bisa membantu sebagian kebutuhan warga.

Dalam prosesnya, sampah yang dipungut lalu dikumpulkan dan dipilah-pilah. Antara sampah plastik dan organik harus dipisah. Kemudian, sampah plastik menjadi Bahan Bakar Alternatif (BBA) dan sampah organik menjadi pakan maggot BSF dan ikan lele. Sedangkan untuk sampah yang tidak bisa diolah dijual ke tukang rosok.

"Jadi begini, sampah yang dijual ditabung dulu uangnya. Uang disimpan di bendahara kelompok. Setelah terkumpul selama 6 bulan hingga 1 tahun baru uangnya diambil. Tapi, sebelum diambil uang, hasil penjualan sampah dipotong dulu untuk pembayaran pajak tanah dan bangunan atau SPPT," ungkap Imam sapaan akrabnya.

Pengolahan sampah yang dikerjakan oleh warga Desa Sendangharjo

Pengolahan sampah yang dikerjakan oleh warga Desa Sendangharjo

Pemuda 35 tahun itu menambahkan, guna melancarkan program Si Imut My Darling pihaknya bekerja sama dengan multipihak. Termasuk mengolah limbah perusahaan dan instansi pendidikan di Kecamatan Ngasem. Tak hanya itu, demi mengembangkan program-program yang ada, pihaknya juga kerja sama dengan Pertamina EP Cepu.

"Alhamdulillah setelah mendapat bantuan dan pendampingan dari Pertamina, program kami terus berkembang dan bisa membeli alat-alat sebagai penunjang pengolahan sampah," ujar Imam yang juga kader Ansor Kabupaten Bojonegoro itu.

Pengelolaan sampah yang sudah dikerjakan oleh pemuda Desa Sendangharjo ini ternyata bisa mengurangi pencemaran lingkungan. Karena hampir kurang 17 ton sampah bisa diolah, sehingga otomatis bisa mengurangi sampah yang dibuang ke TPA.

Pengolahan limbah organik dengan sistem BSF bisa untuk pupuk. Sedangkan pengolahan limbah anorganik menjadi bahan bakar alternatif yang mengintegrasikan hasil olahan sampah di bidang perikanan.

"Pada intinya pengelolaan sampah tidak instan. Butuh kesabaran dan ketelatenan agar menjalankan program pengelolaan sampah bisa terus berkembang dan maju," pesan Imam.

Pertamina Dukung Program Pemberdayaan Masyarakat

Sementara itu, terkait gerakan pengelolaan sampah yang dilakukan pemuda Kabupaten Bojonegoro, telah mendapat respon positif dari pihak Pertamina Hulu Energi (PHE).

Melalui SR Manager Relations Regional 4, Fitri Erika, mengaku bangga dengan kiprah para pemuda yang telah sukses mengolah sampah hingga menghasilkan uang. Pastinya program tersebut sangat bermanfaat untuk lingkungan serta bisa juga menghasilkan uang sebagai tambahan ekonomi keluarga.

"Kami bangga adanya kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki niat sama untuk membangun desanya. Karena Pertamina hadir di wilayah tersebut pasti harus bersama-sama masyarakat juga bisa maju dengan menjawab apa yang bisa kita sinergikan," kata Fitri Erika.

Perempuan asal Aceh ini menerangkan, Pertamina mengambil peran dalam hal bagaimana masyarakat bisa menjawab atau mengatasi masalah sosial yang ada. Tentu ini tidak secara instan, melainkan berjenjang. Tidak satu hari dua hari, akan tetapi berbulan-bulan mungkin. Karena prosesnya dari awal membangun dulu sistemnya. Jadi bantuan itu tidak sekadar membantu kemudian seremoni selesai.

"Harapannya program-program yang bersama-sama kita canangkan ini bisa berhasil bisa membuat masyarakat mandiri," pungkasnya.(wan/rd)