Peternak Sulek Sukses Berkat Kolaborasi Unej dan Baznas

Kepala Desa (Kades) Sulek, Nurul Hidayat mengakui, selama ini secara turun temurun, desa yang ia pimpin tersebut memiliki potensi peternakan. Ia sebut sebelum adanya pendampingan dari Unej dan Baznas, masyarakat hanya secara tradisional merawat ternaknya.

Peternak Sulek Sukses Berkat Kolaborasi Unej dan Baznas
Kepala Desa Sulek, Nurul Hidayat.

Jember, HB.net - Kolaborasi pendampingan Universitas Jember (Unej) dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) terhadap kelompok peternak di Desa Sulek, Bondowoso, diakui berhasil dan dapat menjadi percontohan untuk desa lain.

Kepala Desa (Kades) Sulek, Nurul Hidayat mengakui, selama ini secara turun temurun, desa yang ia pimpin tersebut memiliki potensi peternakan. Ia sebut sebelum adanya pendampingan dari Unej dan Baznas, masyarakat hanya secara tradisional merawat ternaknya.

"Potensi peternakan ada ayam, itik, terus kambing dan sapi. Cuma yang lebih lama, itu kambing sama sapi. Sudah turun temurun, terbaru ayam sama itik. Nah untuk yang kambing sama sapi itu modelnnya, secara tradisionil, memang untuk sampingan, ada yang bilang untuk tabungan," ungkapnya.

Meski masih tetap ada yang merawat ternaknya sendiri-sendiri, namun, sejak adanya pendampingan, sudah mulai ada peternakan yang dikelola secara kelompok, sekaligus ia katakan berhasil.

 

"Ini yang sendiri-sendiri masih ada, masih banyak juga, yang kelompok sudah mulai ada. Nah, kelompok yang ada ini disebut berkah, alhamdulillah, dengan pendampingan dari Baznas, plus dengan dari Unej, dengan Dinas Peternakan Bondowoso, alhamdulillah berhasil," ucapnya.

"Sudah 120 ekor lebih yang dari bibit 60, terus ada tambahan lagi dari warga 5 ekor, berkembang menjadi 16. Kambing itu. Terus dapat tambahan lagi dari desa itu 39 ekor, itu sudah beranak juga, lebih 20," jelasnya.

Seiring dengan keberhasilannya, anggota dalam kelompok peternak tersebut mulai bertambah. "Dari 10, menjadi 18 orang. Pengurusnya ada 7. Kebetulan ketuanya saya, bendaharanya saya ambil dari Ketua BPD (Badan Permusyawaratan Desa), terus sekretarisnya salah satu staf desa," paparnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, sebelum kelompok peternak ini berhasil dengan pendampingan, terdapat kelompok peternak yang gagal. Ada kelompok gagal 2 kali selama 2 tahun. Sebanyak 150 ekor, tahun berikutnya 150 ekor, gagal total.

Sejauh ini, yang menjadi tantangan bagi mereka yang mengembangkan peternakan secara berkelompok, yakni mengenai ilmu. Mereka memang telah memiliki pengalaman secara turun temurun, namun ada beberapa hal yang secara keilmuan mereka merasa kurang.

"Dengan adanya mahasiswa ini, pas sudah. Faktanya yang 1tahun pendampingan dengan Baznas dan Unej, jalan ternyata, sampai sistem berkelompoknya. Nanti ini pokoknya bisa ditiru lah, oleh desa lain." pungkasnya. (yud/bil/diy)