Semanggi Sumini, Kudapan dari Tanaman Rawa Surabaya yang Mendunia

Tidak ada data atau dokumen sejarah yang menyebutkan sejak kapan Semanggi Suroboyo mulai dikonsumsi hingga menjadi kuliner legendaris khas Kota Pahlawan ini.

Semanggi Sumini, Kudapan dari Tanaman Rawa Surabaya yang Mendunia
Sumini bersama pegawainya menjual pecel semanggi siap saji di stan Pasar Turi Baru. Yudi Arianto/ HARIAN BANGSA

Surabaya,HARANBANGSA.net - "Semanggi Suroboyo, lontong balap Wonokromo. Dimakan enak sekali, sayur semanggi krupuk puli, bung... mari...Harganya sangat murah, sayur semanggi Suroboyo. Didukung serta dijual, masuk kampung, keluar kampung, bung... beli..."

Itulah sepenggal syair Semanggi Suroboyo, sebuah lagu yang menceritakan tentang makanan atau kuliner legendaris khas Kota Surabaya. Tema yang sangat jarang dipakai untuk sebuah lagu keroncong yang umumnya mengisahkan tentang tempat-tempat wisata. Lagu tersebut diciptakan oleh S. Padimin, seorang musisi keroncong pada era tahun 1950-an.

Tidak ada data atau dokumen sejarah yang menyebutkan sejak kapan Semanggi Suroboyo mulai dikonsumsi hingga menjadi kuliner legendaris khas Kota Pahlawan ini.  

Begitulah sejumlah kisah terkait dengan sejarah salah satu kuliner legendaris khas Kota Surabaya bermula. Hal itu diperkuat lagi dengan keberadaan Kampung Semanggi yang terletak di Kampung Kendung, RT 07 RW 03, Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo, Kota Surabaya.

Sejak diresmikan menjadi Kampung Semanggi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pada 2017 lalu, makin menguatkan semanggi sebagai salah satu ikon Kota Surabaya. Tercatat sebanyak 39 warga yang berprofesi sebagai petani semanggi dengan lahan berupa rawa seluas 3 hektare. Sedangkan penjualnya sebanyak 121 warga.

Satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya yakni pada tahun 2022 lalu, Pecel Semanggi Surabaya ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Tak hanya didominasi oleh warga Kampung Kendung, ternyata Kampung Semanggi juga bisa dijumpai di Kampung Sawo, Kelurahan Bringin, Kecamatan Sambikerep. Sama-sama berada di Surabaya Barat dan berlokasi tidak jauh dari Kampung Kendung, Kampung Sawo juga mayoritas kaum perempuannya bermata pencaharian sebagai penjual pecel semanggi.

Salah satu penjual semanggi tersebut, yakni Sumini (53), warga Jalan Sawo Gang V No. 32A, RT 03 RW 02, Kelurahan Bringin, Kecamatan Sambikerep, Kota Surabaya.

Sumini  membuka stan bernama Kampung Semanggi yang berada di sentra kuliner lantai dasar Pasar Turi Baru. Tak hanya di Pasar Turi Baru, Sumini juga mengaku membuka stan pecel semanggi siap sajinya di sejumlah tempat. Seperti di Pasar Atom ia buka dua stan sekaligus, yakni di lantai bawah dan atas. Kemudian, di Depot Bu Rudy Jalan Dharmahusada, serta di Tunjungan Plaza 6 lantai 5. Total ada 5 pegawai yang ia pekerjakan untuk membantu menjaga stan-stannya tersebut.

"Saya mulai pukul 10 pagi sudah berada di Pasar Turi Baru, siangnya di Pasar Atom, sorenya di Bu Rudy, malam ke TP. Setelah itu baru pulang ke rumah. Seperti itu aktivitas saya sehari-hari," ujar Sumini kepada HARIAN BANGSA.

Belum lagi saat ia diajak mengikuti pameran-pameran oleh dinas-dinas terkait ke luar kota. Baik itu dari Pemkot Surabaya maupun Pemprov Jatim. Jadi, praktis waktunya banyak tercurahkan untuk menjalankan dan mengembangkan bisnis kuliner pecel semangginya.

Perjalanan panjang yang menjadikan Sumini seperti sekarang ini tentu tidaklah semulus yang dibayangkan. Ia mengaku awalnya berjualan pecel semanggi sejak tahun 2006 hingga 2015 dengan berjalan berkeliling ke kampung-kampung di Kota Surabaya. Ia sengaja memilih untuk bekerja karena berniat ingin membantu ekonomi keluarga.

Menginjak tahun 2016, ada seorang teman mengajaknya untuk ikut bergabung ke dalam Pahlawan Ekonomi, sebuah program yang digagas oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada waktu itu. "Terus orang-orang kok tertarik sama jualan saya. Akhirnya saya diambil (diajak) dari provinsi (Pemprov Jatim) melalui Dinkop dan UKM Jatim, Disperindag Jatim, Biro Perekonomian Jatim, hingga dari Kementerian Koperasi dan UKM," terangnya.

"Pameran-pamerannya itu seperti di Magetan, Blitar, Jakarta, Jogja, Semarang, Bandung. Difasilitasi stan saja, jualnya agak mahal untuk biaya penginapan dan transportasi. Sering dapat konsumen atau buyer baru juga di sini. Untungnya, saya sering juara 1 di Jatim karena stan terbaik, penjualan terbanyak," imbuhnya.

Melalui program yang diusung oleh wali kota perempuan pertama di Surabaya itu, Sumini akhirnya bisa berinovasi dengan pecel semangginya hingga muncullah Semanggi Instan.  Tidak berhenti di situ, Sumini juga berkreasi dengan membuat produk-produk lain berbahan baku dari daun semanggi ini.

Usai meluncurkan kemasan yang baru pada tahun 2017 tersebut, Sumini langsung kebanjiran order untuk mengirim pecel semanggi instannya ke luar kota, luar provinsi, luar pulau, bahkan hingga sampai ke luar negeri.

Untuk jasa pengirimannya, Sumini memercayakannya kepada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir. Ia memilih jasa kurir yang jamak dikenal masyarakat dengan nama JNE itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, justru dari para customer yang banyak memilih untuk memakai JNE.

"Perkenalan dengan JNE awalnya banyak pembeli yang memilihnya. Mereka yang minta untuk dikirim ke Jakarta, Bandung, Semarang, juga Jogja. Seiring berjalannya waktu, saya juga makin sering pakai JNE karena banyak macamnya. Seperti kalau pembeli minta kirim cepat, saya biasa pakai yang YES (Yakin Esok Sampai)," terang Sumini.

Dan yang lebih enaknya lagi, lanjut Sumini, petugas atau kurir JNE-nya yang mengambil paket pecel semanggi instan ke rumah. Hal ini, menurutnya, sangat membantu meringankan pekerjaannya dalam bekerja. Ditambah lagi, untuk waktu pengambilan paket pun sangat fleksibel, dari pagi hingga malam hari pun mereka mau mengambilnya.

Marketing Communication & Partnership Regional JTBNN (Jawa Timur Bali NTB NTT) Widiana mengatakan bahwa pihaknya meluncurkan berbagai program atau promo yang sesuai dengan kebutuhan dari UMKM maupun brand owner. Khusus di Surabaya Regional JTBNN, JNE akan memberikan sebuah promo yang pasti akan sangat dinanti oleh para pelaku UMKM.

"Mulai bulan Juli ini, kita ada promo garansi uang kembali. Jadi, untuk kiriman dalam kota yang terlambat sampai lebih dari 24 jam, kita bahkan berani kasih garansi uang kembali," jelas Widiana kepada HARIAN BANGSA.

Kemudian, ia juga menyampaikan bahwa pihaknya ada program publikasi untuk memberikan support kepada UMKM dalam rangka turut mempromosikan brand-brand mereka ke seluruh Indonesia. Caranya dengan melalui plattform JNE di Youtube, dengan programnya bernama Cerita Joni.

"Di situ isinya adalah podcast mengenai UMKM atau brand owner dan kisah suksesnya dalam membangun bisnis tersebut. Konten tersebut diproduksi oleh JNE di cabang masing-masing kemudian akan disebarluaskan melalui akun media sosial JNE ke seluruh Indonesia," tuturnya.(ari/rd)