Tingginya Angka Putus Sekolah di Kota Probolinggo Pemkot Gelar FGD

Upaya ini untuk memenuhi hak dan perlindungan anak dibidang kesehatan. Karenanya, Habib Hadi menekankan agar OPD serius melakukan upaya dan gebrakan untuk mencari solusi dan penanganannya ke depan.

Tingginya Angka Putus Sekolah di Kota Probolinggo Pemkot Gelar FGD
Penyerahan Bantuan untuk anak putus sekolah.

Probolinggo, HB.net - Anak putus sekolah masih tinggi di Kota Probolinggo. Karena itu, Wali kota Probolinggo, Habib Hadi, mencari solusi dengan menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama seluruh stakeholder terkait. Menurutnya, masih banyak ditemukan di Kota Probolinggo belum genap sekolah hingga 12 tahun.

Upaya ini untuk memenuhi hak dan perlindungan anak dibidang kesehatan. Karenanya, Habib Hadi menekankan agar OPD serius melakukan upaya dan gebrakan untuk mencari solusi dan penanganannya ke depan.

Menurut Kepala Dinas Sosial, Perlindungan Perempuan dan Anak, Rey Suwigtyo (Tyok)mengatakan dilaksanakannya FGD ini dalam rangka untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi anak-anak khususnya terkait pendidikan pada anak.

“Mencarikan solusi terhadap benang merah karena permasalahan sosial yang ada di masyarakat utamanya masalah anak yang seharusnya bisa mengenyam pendidikan minimal 12 tahun. Tapi banyak kendala sehingga mengalami putus sekolah,” tegas Tiyok dengan mengundang anak putus sekolah beserta orang tuanya.

Disaat Pemkot Probolinggo mendapatkan penghargaan Kota Layak Anak (KLA) Tingkat Utama hal ini berbanding terbalik dengan fakta yang ada di Kota Probolinggo dengan banyaknya anak putus sekolah.

Mendapat itu, Wali kota Habib Hadi mengatakan jika ini sebuah tantangan yang harus dihadapi dan segera diselesaikan. 

“Kota Probolinggo sudah menjadi KLA Tingkat Utama, itulah hasil usaha dan upaya. Tapi tantangan yang kita hadapi tentunya setiap hari harus menjadi perhatian kita. Apabila terjadi anak-anak putus sekolah, padahal sekolah sudah gratis berarti ada faktor-faktor lainnya,” ujar Habib Hadi heran.

Habib Hadi berpesan kepada Dinas Pendidikan setempat, dalam menangani kasus anak putus sekolah, tidak hanya didata secara administratif saja. Namun juga perlu mencari tahu penyebab sekaligus memberi solusi agar anak kembali sekolah.

 “Apabila ada anak yang berhenti sekolah bukan hanya dicatat atau dihapus saja tapi harus ada follow-up apa problemnya sehingga perlu ada tindak lanjut dari OPD mana yang bisa terus kita lakukan,” pesannya.

Namun, jika penyebab anak putus sekolah, karena beban ekonomi. Habib Hadi punya solusi dan menegaskan kepada orangtua agar tetap menempuh pendidikan dan jangan berhenti sekolah. Habib Hadi, juga mengajak agar anaknya bisa di Pondok-kan di Pondok Pesantren. (ndi/diy)