Wabub Subandi Tonton Wayang Kulit di Ruwat Desa Semampir

Desa Semampir, Kecamatan Sedati, menggelar tradisi ruwatan, Jumat (2/9), yang diikuti seluruh warga.

Wabub Subandi Tonton Wayang Kulit di Ruwat Desa Semampir
Wabub Subandi dengan kepala Desa Semampir dan undangan.

Sidoarjo, HARIANBANGSA.net - Desa  Semampir, Kecamatan Sedati, menggelar tradisi ruwatan, Jumat (2/9), yang diikuti seluruh warga. Acaranya berupa istigosah, selamatan, dan ziarah ke makam leluhur Desa Semampir. Pada malam hari  juga menampilkan campursari dan pergelaran wayang kulit dengan dalang Ki Surono Joyo Dimulyo.

Wayang kulit digelar di halaman balai desa. Hadir pula Wakil Bupati Sidoarjo Subandi dan para tamu undangan.Acara ini mendapat sambutan antusias dari warga Desa semampir. Pasalnya, acara ini sangat dinanti setelah terhalang pandemi selama dua tahun lebih.

Dalam sambutanya Wabup Subandi mengapresiasi kegiatan ruwat desa. Selain sebagai wujud pelestarian budaya, kegiatan ini sebagai bentuk rasa syukur masyarakat. “Kita sudah dua tahun tidak bisa mengikuti kegiatan-kegiatan bersama seperti ini. Namun pada hari ini dan Agustus tahun ini semua kegiatan sudah bisa diselenggarakan dan dimudahkan,” ucapnya

Wakil bupati yang akrab di sapa Abah Subandi ini melanjutkan bahwa pemerintah desa dalam menjalankan fungsinya supaya bisa berjalan dengan maksimal tentunya harus mendapat dukungan semuanya. “Perlu membangun harmonisasi dan koordinasi antara kepala desanya, perangkatnya, BPD-nya dan masyarakatnya. Harus saling memberikan support,” tambahnya

Sementara, Kepala Desa Semampir Luqman Mualim mengatakan, ruwat desa sendiri merupakan sebuah tradisi yang masih ada hingga saat ini. “Tradisi ini turun-temurun dari yang membabat alas atau sing mbangun desa," tambahnya.

Luqman menambahkan, tahun lalu hanya mengadakan selamatan atau kenduri yang dihadiri warga dan tokoh masyarakat. Sekarang sudah ada pergelaran wayang lagi.  Selama pergelaran, warga tetap diminta mematuhi protokol kesehatan (prokes). Saling menjaga demi kesehatan bersama.

Dia mengaku bahagia bisa menyelenggarakan ruwatan seperti dahulu kala. Kerja keras panitia yang dipimpin Wiyono patut diapresiasi. Sebab, bagi warga, ruwatan bukan sekadar ritual tahunan. Tapi mengandung nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat.

Sebagai simbol kebersamaan sekaligus kerukunan antarwarga, ruwatan desa adalah bentuk tradisi persembahan yang juga merupakan simbol rasa syukur kepada Allah atas keberkahan berupa kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat desa. Sekaligus upaya dalam melestarikan tradisi adat.”Semoga Desa Semampir lebih makmur dan dijauhkan dari segala marabahaya,” tutupnya.(adv/din/rd)