Banyuwangi Launching Antologi Puisi Sulur Kembang Sri Tanjung

Dengan menumbuhkembangkan seni, akan menjadikan masyarakat memiliki kepribadian yang semakin halus. Sehingga, Kepala sekolah berkewajiban mendorong para peserta didiknya menyukai dan mencintai karya sastra dan aneka ragam seni.

Banyuwangi Launching Antologi Puisi Sulur Kembang Sri Tanjung
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, foto bersama seniman Banyuwangi.

Banyuwangi, HB.net - Bupati Banyuwangi, Hj. Ipuk Fiestiandani, melaunching antologi puisi Sulur Kembang Sri Tanjung,  di Pendapa Sabha Swagata Blambangan, Banyuwangi, Senin (08/05/2023).

Sebuah buku antologi puisi karya sastrawan Banyuwangi, baik yang masih menetap di Bumi Blambangan maupun yang berdomisili di luar Banyuwangi. Kemudian ada karya pelajar pemula maupun sastrawan kawakan serta keluarga besar Kemenag dalam Hari Amal Bakti (HAB) ke- 77 Tahun 2023.

Dengan menumbuhkembangkan seni, akan menjadikan masyarakat memiliki kepribadian yang semakin halus. Sehingga, Kepala sekolah berkewajiban mendorong para peserta didiknya menyukai dan mencintai karya sastra dan aneka ragam seni.

Bahkan tidak menjadi masalah apabila satu program ekstra kurikuler di sekolah peminatnya sedikit ataupun kampus materi seni budaya pun tidak ada namun minimal ada mahasiswa yang suka seni budaya dan karya sastra.

"Kita harus mendidik budi pekerti anak-anak sesuai dengan zamannya," jelas Bupati Ipuk.

September mendatang, Banyuwangi mendapatkan undangan  Unesco berkaitan dengan Ijen Geopark. Keberhasilan tersebut merupakan salah satu kontribusi seniman dan budayawan Banyuwangi. Ipuk berharap karya sastra seniman budayawan Banyuwangi dapat disebarkan melalui media sosial agar lebih banyak masyarakat yang membaca.

"Bapak dan Ibu dapat membaca puisi dan dishare melalui media sosial E-Katalog Digital Perpusda," tambah Bupati Ipuk.

Koordinator pelaksana kegiatan Launching Antologi Puisi Sulur Kembang Sri Tanjung, Syafaat, yang juga Ketua Komunitas Lentera Sastra mengungkapkan, buku yang dilaunching bupati Banyuwangi merupakan kumpulan puisi folklore.

 Tidak mudah untuk mencari referensi dari sebuah cerita rakyat. Terlebih cerita rakyat yang belum populer yang hanya berkembangdi wilayah tertentu. Para penulis dalam buku antologi puisi karya sastra Banyuwangi memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman beragam mulai dari yang masih SMP/MTs sampai dengan mereka yang bergelar doktor dan profesor.

Setelah launching, ada gelaran bedah buku. Juga ada sajian monolog pembacaan karya sastra Samsudin Adlawi yang diiringi pemusik kawakan Yons DD. Pagelaran teaterisasi cantrik Padepokan Alang-alang Gumitir pimpinan Punjul Ismu Wardoyo dan Pengawas, Faiz Abadi yang membimbing siswi MAN 3 Srono Banyuwangi.

Juga penampilan musikalisasi puisi Teater Tangga SMPN 3 Rogojampi yang menghadirkan nuansa Keboan Kebo-keboan, kreasi Bung Aguk Darsono dan Yeti Chotimah.

“Sangat layak, Banyuwangi disebut sebagai Kabupaten Literasi,” kata Founder Obor Sastra dari Rumah Budaya Jakarta, istri dari salah seorang pengurus Ikawangi asal Genteng, Halimah Munawir . (guh/diy)