Ning Lia Dukung Penolakan Masyarakat Atas Klaim Thok-Thok

Baru-baru ini, viral pemasangan spanduk atas nama warga Bawean yang bertebaran di Gresik.

Ning Lia Dukung Penolakan Masyarakat Atas Klaim Thok-Thok
Lia Istifhama, senator Jatim terpilih periode 2024-2029.

Surabaya, HARIANBANGSA.net - Baru-baru ini, viral pemasangan spanduk atas nama warga Bawean yang bertebaran di Gresik. Isi spanduk itu menolak klaim yang menyebutkan bahwa aduan sapi yang populer dengan thok-thok itu adalah tradisi Bawean. Spanduk itu, di antaranya, membentang di dekat kantor Pemkab Gresik, kantor DPRD Gresik, dan kantor BNI Gresik.

Usut punya usut, penolakan tersebut muncul dari Masyarakat Adat Bawean (MAB) sebagai bentuk menyikapi unggahan Dewan Kebudayaan Gresik (DKG) di laman FB dan IG tentang thok thok sapi yang dikategorikan sebagai tradisi budaya Bawean. Meski, belakangan unggahan tersebut telah dihapus oleh DKG.

Sikap tegas masyarakat Bawean pun memantik dukungan banyak pihak. Tak terkecuali senator Jatim terpilih periode 2024-2029, Lia Istifhama. Ia menyebut penolakan tersebut menjadi pembelajaran banyak pihak dan potret ikhtiar masyarakat menjaga nilai luhur kearifan lokal.

“Apa yang dilakukan masyarakat Bawean merupakan self reminder bagi semua pihak. Jangan sesekali menyematkan budaya A pada sebuah wilayah yang tidak ada kaitan dengan budaya tersebut. Apalagi budaya thok-thok sapi yang mana dua sapi diadu. Ini jelas haram dan menyakitkan hewan ternak," tegas perempuan yang akrab disapa Ning Lia itu, Senin (20/5)

Aktivis berparas ayu yang acapkali menolak beauty privilege tersebut juga menyampaikan harapan agar sikap tegas masyarakat Bawean bisa menjadi teladan bersama.

“Sikap tegas seperti itu harus diteladani agar budaya di tempat lain juga terjaga nilai luhurnya. Dan agar tidak ada penumpang gelap yang pansos dengan mengkaitkan sebuah kebiasaan dengan wilayah tertentu," ujarnya.

Tokoh agama setempat, yaitu Imam Besar Masjid Jami Sangkapura Bawean Kiai Ali Masyhar juga menyatakan tegas penolakan atas budaya thok-thok sapi.

"Itu klaim Dewan Kebudayaan Gresik, thok-thok itu bukan budaya Bawean. Kami Masyarakat Adat Bawean (MAB) menyatakan bahwa unggahan DKG tersebut tidak benar dan merupakan penghinaan yang menyakiti perasaan masyarakat Bawean," tandasnya.

Menurutnya, warga Bawean Gresik menolak keras adu sapi atau thok-thok diklaim sebagai tradisi Bawean. Apalagi dijadikan ikon masyarakat Bawean.

Sikap penolakan terbuka itu disampaikan para tokoh adat Bawean. Di antaranya Imam Besar Masjid Jami' Sangkapura KH Ali Masyhar, Ketua PCNU Bawean KH Fauzi Rauf, dan Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Bawean Nur Syarifuddin. (mdr/rd)