PUPR Siapkan Tiga Skema Atasi Ambrolnya Jembatan Talun-Brak

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Mojokerto menyiapkan sejumlah skema mengatasi ambrolnya Jembatan Talun-Brak, Desa Talun Blandong, Kecamatan Dawarblandong.

PUPR Siapkan Tiga Skema Atasi Ambrolnya Jembatan Talun-Brak
Jembatan Talun-Brak yang rusak akibat diterjang air.

Mojokerto, HARIANBANGSA.net - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Mojokerto menyiapkan sejumlah skema mengatasi ambrolnya Jembatan Talun-Brak, Desa Talun Blandong, Kecamatan Dawarblandong. Akses tunggal dua dusun  ini porak poranda akibat dihantam banjir 9 November 2021 silam

Pemkab Mojokerto sendiri tak bisa berbuat banyak mengatasi bencana tersebut. Pasalnya, jembatan tersebut berstatus aset desa bukan milik pemkab.  Untuk mengatasi persoalan ini, DPUPR menyiapkan sejumlah skema. Yakni dengan melakukan penguatan sementara pada tiang penyangga jembatan yang melintang di atas Kali Lamong tersebut.

DPUPR juga mengajukan pembiayaan kepada Kementerian PUPR. Dipihak lain, BPBD setempat mengajukan akses anggaran ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Kita menyiapkan skema perkuatan sementara dengan memanfaatkan potensi material yang ada di PU. Disopak pakai besi-besi. Diluruskan dengan alat berat bego, " tutur Kepala DPUPR Kabupaten Mojokerto Renaldi didampingi Kabid Bina Marga Hendri Surya, Jumat (17/6).

Menurutnya, selain tak menganggu APBD skema tersebut dianggap paling memungkinkan dilakukan dalam waktu dekat. "Kita tak bisa menganggarkan rehab dengan APBD kecuali sistem hibah. Dan itu tidak mungkin karena untuk membangun jembatan tersebut butuh Rp 7 miliar, dan nilainya terlalu besar untuk hibah," jelasnya lebih lanjut.

Renaldi mengungkapkan, meski disopak namun tetap aman. "Dari sisi keamanan, ya aman karena hanya dilewati roda dua," tandasnya.

Ia menambahkan, pihaknya akan menggunakan alat berat untuk meluruskan tiang jembatan yang bengkok. Tiang penyangga tersebut akan ditarik dengan alat berat dan disopak dengan menggunakan besi yang ada di PU.

Walau demikian, langkah tersebut bukan tanpa kendala. "Pelaksanaan menunggu musim kemarau, karena debit air sangat deras. Sekuat-kuatnya jembatan yang menggunakan tiang tengah, berpotensi cepat rusak karena kuatnya sampah selama ada peningkatan debit air," tuturnya.

Persoalan ini telah didiskusikan antara bupati, sekda, kadis PU, dan Bappeda. Sebelumnya rencana pembangunan jembatan  direncanakan menggunakan  sistem jembatan gantung. Namun demikian, setelah dikaji tim ahli dari ITS, pembangunan jembatan gantung secara teknis tidak akan bertahan lama karena kerangka jembatan terbuat dari besi yang berat. Sehingga dikhawatirkan tali jembatan gantung tidak akan bertahan lama. (yep/rd)