Organisasi Pemuda Shiddiqiyyah Bangun 66 Rumah Warga Kurang Mampu

Organisasi Pemuda Shiddiqiyyah (Opshid), membangun 66 unit rumah secara gratis untuk warga kurang mampu.

Organisasi Pemuda Shiddiqiyyah Bangun 66 Rumah Warga Kurang Mampu
Mursyid Thariqat Shiddiqiyyah, Kiai Muchammad Muchtar Mu’thi saat pidato. Aan Amrulloh/ HARIAN BANGSA

Jombang, HARIANBANGSA.net - Organisasi Pemuda Shiddiqiyyah (Opshid), membangun 66 unit rumah secara gratis untuk warga kurang mampu. Hal itu diungkapkan saat memperingati Hari Sumpah Pemuda dan lahirnya Lagu Kebangsaan Indonesia Raya ke-95, di pesantren Majma’al Bahrain Shiddiqiyyah Pusat Losari, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, Sabtu (28/10).

"Pembangunan rumah layak huni ini untuk mensyukuri Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober sekaligus memperingati Hari Lahirnya Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Tercatat 66 unit rumah yang tersebar di 13 provinsi," ujar Pejabat Harian DPP (Dewan Pimpinan Pusat) Opshid, Mulyono.

Puluhan rumah layak huni tersebut tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Di antaranya, di Jombang, Lamongan, Oku Timur, Samarinda, Gunungkidul, Bengkulu Utara, serta Kuantan Sengingi. Kemudian Sleman, Lampung Tengah, Lampung Timur, serta sejumlah wilayah lainnya.

Diungkapkan Mulyono, pembangunan rumah layak huni ini rata-rata menyasar warga yang belum tersentuh bantuan dari pemerintah. Serta tidak memandang suku agama, ras atau golongan. Bahkan, ada beberapa rumah warga nonmuslim yang juga turut merasakan manfaatnya.

"Seluruh masyarakat, tidak hanya shidiqiyyah, malah prosentase yang kita bangun sekitar 5 persen atau kurang dari itu untuk kalangan warga shiddiqiyyah sendiri," tuturnya.

Sementara, Ketua Umum Dhibra (Dhilaal Berkat Rohmat Alloh) Shiddiqiyah, Nyai Shofwatul Ummah menjelaskan, bahwa pembangunan puluhan rumah ini merupakan salah satu bentuk rasa syukur untuk negara dan bangsa.

Dengan semangat pemuda dan hari lahir lagu kebangsaan Indonesia Raya itu diharapkan, apa yang dilakukan warga Shiddiqiyyah bisa sejalan dengan program pemerintah mengentaskan kemiskinan di tengah kemerdekaan.

"Mensyukuri dua nikmat. Sumpah pemuda menoleh sedikit sumpah para pemuda di waktu itu. 17 tahun kemudian Allah memberikan nikmat kemerdekaan bangsa Indonesia. Rentang waktu antara 1928-1945 terpaut 17 tahun, artinya ini membangkitkan semangat juang," tukasnya.

Salah satu penerima bantuan, Anjelika Wulandari asal Semarang mengaku sangat bersyukur. Sebab selama ini dirinya dan keluarga tak memiliki rumah. Kini, Anjelika bisa bernafas lega setelah menempati rumah barunya itu. "Bersyukur sekali, selama ini kami numpang di rumah paman, tanpa diduga dibangunkan rumah oleh Opshid," pungkasnya.

Sebelumnya, dalam acara itu, di hadapan ratusan undangan, Mursyid Thariqat Shiddiqiyyah, Kiai Muchammad Muchtar Mu’thi memberikan pidato secara panjang lebar tentang peringatan Hari Sumpah Pemuda, juga tentang peran pemuda dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia.(aan/rd)